Penutupan Perbatasan Polandia-Belarusia Lumpuh Rute Perdagangan China–Eropa

JAKARTA – Selama bertahun-tahun, Uni Eropa terus bergumul dengan dampak ketimpangan ekonomi yang banyak dikaitkan dengan strategi ekspor agresif China. Banjir produk murah dari China, mulai dari elektronik sampai tekstil, telah memenuhi pasar Eropa. Hal ini menekan produsen lokal dan memicu kemunduran industri secara luas.

Meskipun konsumen sempat menikmati harga yang lebih rendah, dampak jangka panjangnya jauh lebih berat: banyak pabrik tutup, produksi dalam negeri menurun, dan angka pengangguran di kalangan pemuda melonjak di berbagai negara utama UE.

Mengutip European Times, Kamis (9/10/2025), fenomena ini paling terasa di sektor baja, panel surya, dan elektronik konsumen. Perusahaan China yang sering dapat subsidi negara berhasil mengalahkan pesaing Eropa.

Komisi Eropa sudah berkali-kali menyuarakan kekhawatiran tentang distorsi pasar, tapi besarnya skala ekspor China membuat langkah penyeimbang sulit diterapkan. Hingga 2024, China menyumbang hampir 15 persen dari total impor Uni Eropa, dengan nilai perdagangan mencapai €570 miliar.

Salah satu jalur utama hubungan dagang ini adalah rute darat yang menghubungkan China ke Eropa melalui Belarusia dan Polandia. Koridor ini berkembang pesat berkat inisiatif Belt and Road (BRI) dari Beijing. Jaringan rel ini membawa sekitar 90 persen dari seluruh kargo kereta antara China dan UE, menawarkan alternatif yang lebih cepat dan efisien dibanding transportasi laut, serta mendukung sistem logistik just-in-time bagi produsen dan peritel Eropa.

Namun, jalur vital ini terputus secara tiba-tiba pada 11 September 2025, ketika Polandia menutup perbatasannya dengan Belarusia. Tindakan ini dilakukan sebagai respons atas latihan militer gabungan Rusia–Belarusia “Zapad 2025” yang mencakup simulasi serangan nuklir.

MEMBACA  Perisai dari Teknologi Identitas Digital