Dokumen yang disusun oleh Reuters menunjukkan bahwa Uni Eropa, Kanada, Jepang, dan negara-negara di Kepulauan Pasifik yang rentan terhadap perubahan iklim termasuk dalam 47 negara yang mendukung pengenaan biaya terhadap emisi gas rumah kaca sektor pelayaran internasional. Usulan tersebut sedang dibahas dalam pertemuan Organisasi Maritim Internasional (IMO) yang memasuki minggu kedua.
Usulan yang diajukan oleh Kepulauan Marshall, Vanuatu, dan negara-negara lain, yang meskipun sangat bergantung pada pelayaran untuk transportasi dan perdagangan, telah menuntut pengenaan biaya emisi selama bertahun-tahun, mengusulkan biaya sebesar $150 per ton CO2. Para peneliti telah mengatakan bahwa harga karbon sebesar $150 dapat membuat investasi dalam sistem bahan bakar amonia berkarbon rendah menjadi ekonomis dibandingkan dengan kapal konvensional.
Selain itu, sebuah usulan dari Uni Eropa, Jepang, Namibia, Korea Selatan, kelompok industri International Chamber of Shipping, dan lainnya menganjurkan kombinasi harga emisi pelayaran dengan standar emisi global untuk bahan bakar maritim. Pertemuan IMO pada bulan September menjadi batas waktu bagi negara-negara untuk memutuskan apakah akan melanjutkan standar bahan bakar dan harga emisi tersebut.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat, negara-negara anggota masih berusaha untuk mencapai kesepakatan mengenai langkah-langkah global untuk menghindari lebih banyak negara yang menargetkan industri ini secara nasional. Itu akan memecah pasar dengan standar lokal yang bervariasi, dan menyusahkan bagi perusahaan yang mengirimkan barang secara global.
Pertanyaan tentang siapa yang akan mengelola biaya tersebut, dan bagaimana hasilnya akan diinvestasikan, juga masih terbuka. Para diplomat telah menyarankan kompromi yang dapat ditemukan dengan IMO memutuskan harga karbon yang dirancang untuk memastikan bahwa itu tidak perlu dipertanggungjawabkan sebagai pajak – misalnya, dengan merancang kebijakan untuk tujuan utama memotong emisi, bukan untuk menghasilkan pendapatan.
Usulan oleh Kanada menyarankan agar IMO menyetujui desain inti dari harga emisi, tetapi menunda keputusan mengenai bagaimana pendapatannya akan dihabiskan – masalah yang memecah belah yang telah menghancurkan pembicaraan sebelumnya. Ishoda dari Kepulauan Marshall berharap perselisihan mengenai detail tersebut tidak akan mencegah tercapainya kesepakatan.