Dalam proses penulisan novelisasi Star Wars Episode III: Revenge of the Sith, perencanaannya justru terjadi jauh sebelum filmnya sendiri dirilis dan menuai respon yang terpolarisasi. Kebetulan sekali, versi Matthew Stover atas peristiwa dalam film tersebut justru menjadi salah satu penebus bagi bab penutup saga karya George Lucas, setidaknya bagi kalangan fanboy lama. Generasi yang tumbuh dengannya dan serial animasinya diketahui lebih menerima kontribusi terakhir sang pencipta bagi alam semesta Star Wars.
Dalam wawancara eksklusif dengan Entertainment Weekly, Stover membagikan catatan penulis barunya, yang kini ditambahkan dalam peluncuran ulang edisi peringatan 20 tahun. Di sana, ia membahas pendekatan uniknya dalam menulis novel film tersebut dengan restu dan inspirasi dari mitos Yunani pemberian George Lucas.
Yang membedakan buku dari film adalah kesempatan bagi Stover untuk memperluas perspektif Anakin selama kejatuhannya dari sisi terang. Dan hal inilah yang dari awal membuatnya gugup. "Gagasan itu datang saat serangan panik yang kualami setelah menandatangani kontrak untuk menulis novelisasi ini, yang muncul karena aku secara bodoh berkomitmen untuk menulis batu penjuru dalam lengkungan saga keluarga Skywalker untuk audiens terbesar dalam karierku—dan seluruh alam semesta pencinta Star Wars akan berharap pada sebuah opera antariksa yang mendebarkan, meskipun fakta sederhananya adalah setiap titik alur utamanya telah ‘dispilor’ selama beberapa dekade."
Stover melanjutkan, "Ditambah lagi tantangan menulis novelisasi tanpa pernah melihat film finalnya, karena filmnya belum selesai dan belum akan rilis sebelum buku ini dicetak. Aku hanya akan dibekali dengan naskah dan pengetahuan kolektif Lucasfilm tentang Star Wars. Yang menyelamatkanku saat itu adalah pelatihan awalku," jelasnya, menggambarkan bagaimana pagar pembatas mitologi teater klasik sangat berguna baginya.
"Lebih dari 20 tahun sebelum aku menandatangani kontrak itu, aku beruntung bisa mempelajari sejarah teater di bawah seorang profesor yang merupakan otoritas dalam drama Yunani kuno. Setiap satu dari tragedian Yunani hebat pernah menghadapi masalah yang sama persis—penonton mereka sudah tahu jalan ceritanya—dan mereka pun beberapa trik untuk tetap membuat drama mereka menarik. Kupikir aku bisa mencuri beberapa trik ini untuk buku."
"Makin kupikirkan tentang tragedi Yunani, makin pas rasanya. Tragedi klasik memang diambil dari mitologi dan legenda Yunani, bukan? Juga—jika aku butuh alasan lebih lanjut—tragedi Yunani kuno secara tradisional dipentaskan dalam satu babak tanpa jeda, seperti film modern, dan biasanya dipresentasikan dalam bentuk… trilogi."
© Penguin Random House
"Aku berharap dapat menyajikan cerita ini secara eksplisit sebagai sebuah mitos tragis, dengan bahasa dan gaya yang lebih terformalisasi dan lebih gelap nadanya daripada yang biasa diharapkan dari fiksi Star Wars. Bagaimanapun, aku berniat untuk menyampaikan bahwa cerita ini istimewa. Ia berbeda dari cerita Star Wars mana pun—bukan hanya karena ini adalah film terakhir (atau setidaknya itulah yang kami kira saat itu), tetapi karena cerita inilah fondasi sejati yang mendasari semua lainnya, dan ia harus terasa berbeda sejak halaman pertama."
Selain itu, pendekatannya juga akan dipengaruhi oleh bagaimana mitos berperan sebagai templat bagi begitu banyak media Star Wars di dalam Expanded Universe (EU)-nya (sebelum akhirnya didekanonkan). "Tetapi mengangkat tragedi Yunani hanya sebagian dari idenya, dan kuharap bagian itu akan mudah, untuk alasan-alasan yang kutulis di atas. Sisanya, bagaimanapun, menggerogoti lapisan lambungku, karena aku ingin memasukkan unsur-unsur Star Wars Expanded Universe (EU) yang lebih luas."
"Aku sangat membutuhkan materi EU untuk membuat cerita ini berhasil. Bukan karena EU telah menjadi bagian dari hidupku sejak Splinter of the Mind’s Eye, dan jelas bukan karena akan sangat keren untuk memasukkan unsur-unsur cerita tersebut ke dalam novelisasi ini… Aku sungguh percaya bahwa aku butuh EU untuk membuat cerita ini berfungsi sebagai sebuah novel. Ia akan memberikan bobot dan tekstur pada cerita. Ia akan memungkinkanku menyentuh dari mana para karakter ini berasal dan di mana sebagian besar dari mereka akan berakhir, dan ia akan memungkinkanku menenun narasi spesifik ini serta implikasinya ke dalam konteks ‘historis’ yang lebih luas dari seluruh galaksi yang sangat, sangat jauh."
Anekdot terbaik dalam catatan itu adalah bagaimana semua pekerjaan ini, bagaimana ia bersusah payah merencanakan dan mempresentasikannya kepada George Lucas, dijawab dengan tanggapan yang mengejutkan ketika ia bertanya pada legenda hidup itu seberapa jauh ia harus berpegang pada naskah. Lucas membebaskannya dari persepsi bahwa naskah film adalah sebuah batasan. "Jangan khawatir tentang hal-hal semacam itu. Selama kamu tidak melanggar ceritanya, lakukan apa yang kamu mau," kata Lucas kepada Stover. "Asalkan hasilnya bagus."