Terbongkar! Sri Sultan HB X Ungkap Penyebab Keracunan MBG di Yogyakarta

Selasa, 30 September 2025 – 00:10 WIB

Yogyakarta, VIVA – Masalah keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Yogyakarta masih terus jadi perhatian. Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan bahwa sebenarnya penyebab masalah ini tidak terlalu sulit untuk dicari. Menurut beliau, akar masalahnya ada pada cara masak yang kurang tepat.

Baca Juga:
Legislator NasDem Ungkap Praktik Jual-Beli Sertifikat Higienis untuk Dapur MBG, Segini Tarifnya

Sultan mengingatkan bahwa risiko keracunan bisa muncul kalau makanan, terutama sayur, dimasak terlalu pagi lalu baru dimakan beberapa jam kemudian. Cara seperti ini, ujarnya, punya potensi besar bikin makanan jadi cepat basi.

“Untuk menyajikan makanan buat anak-anak dan pelajar kita, saya mohon kejadian seperti di Sleman kemarin jangan terulang lagi. Dari awal saya selalu tekankan, siapa yang masak? Apakah katering, pihak sekolah, atau siapa? Itu harus jelas,” kata Sultan seperti dikutip VIVA dari YouTube Humas Jogja, Senin 29 September 2025.

Baca Juga:
BGN Cari 60 Ribu Chef Bersertifikat untuk Dapur MBG, DPR: SDM-nya Susah

Sri Sultan juga menyoroti soal kapasitas jasa katering yang sering tidak sesuai dengan pesanan. Beliau memberi contoh, kalau sebuah katering cuma mampu buat 50 porsi tapi dipaksa buat 100 porsi, maka kualitas masakan pasti susah dijaga.

Baca Juga:
Legislator NasDem Tahu Siapa yang Kuasai Kuota MBG, Minta BGN Perbaiki!

“Kalau katering, lihat dulu kapasitasnya berapa porsi yang bisa dia buat per hari. Kalau cuma mampu 50 porsi sehari, disuruh buat 100, ya gak bisa,” jelasnya.

“Kalau untuk 50 porsi biasanya dimasak jam 04.30 pagi untuk dimakan jam 08.00 atau 10.00, mungkin masih aman. Tapi kalau dipaksa jadi 100 porsi, masaknya bisa dari jam 02.00 atau 02.30 dini hari. Lalu dimakan jam 10 pagi, itu sudah beresiko tinggi menyebabkan keracunan,” sambung beliau.

MEMBACA  Prabowo Diterima dengan Meriah oleh Rakyat Singapura dalam Parade Hari Nasional

Menurut dia, hal ini tidak perlu dianalisa dengan rumit pakai ilmu kimia. Secara logika saja, makanan yang dimasak dini hari dan baru dimakan berjam-jam kemudian sudah pasti rentan basi.

“Sebenernya gak rumit nyari tau kenapa bisa keracunan, gak usah pake ahli kimia, udah masaknya jam setengah 2 pagi, dimakan jam 8 aja udah harusnya basi, pasti itu penyebabnya,” ujarnya.

Sultan juga bercerita tentang pengalamannya membuka dapur umum saat erupsi Gunung Merapi dulu. Dari pengalaman itu, dia belajar bahwa pola memasak sangat pengaruhin ketahanan makanan.

“Saya di rumah juga sering masak. Ditambah lagi, saya punya pengalaman empat tahun buka posko pengungsian Gunung Merapi. Dari situ saya tau, kalau sayur dimasak pagi-pagi sekali trus baru dimakan siang, pasti basi. Jadi sebaiknya sayur dimasak mendekati waktu makan. Kalau lauk gorengan, boleh lebih dulu, tapi sayur jangan,” jelasnya.

Lebih lanjut, pemimpin tertinggi di Jogja ini menegaskan bahwa kasus keracunan akan terus berulang kalau cara masaknya tidak dibenahi. Dia minta agar pihak-pihak yang terlibat dalam program MBG bisa lebih disiplin dalam menyesuaikan waktu masak dengan waktu makannya.

“Selama pola masak tidak berubah, jumlah korban tidak akan berkurang,” tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Menurut dia, hal ini tidak perlu diteliti dengan rumit menggunakan analisis kimia. Secara logika, makanan yang dimasak dini hari dan baru dikonsumsi beberapa jam kemudian jelas rentan basi.