Jakarta (ANTARA) – Badan Gizi Nasional (BGN) Indonesia akan berhenti memakai makanan pabrikan dari pabrik-pabrik milik konglomerat untuk program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan beralih ke usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat, kata seorang pejabat senior pada Jumat.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, memperingatkan pengelola dapur MBG untuk tidak menyajikan produk pabrikan. Pelanggaran tidak akan ditolerir.
"Saya tidak akan mentolerir penggunaan produk buatan pabrik. Kami akan pakai bahan dari lokal. Roti akan dibuat oleh ibu-ibu murid yang kita beri makan, dipanggang oleh para ibu dan dimakan anak mereka sendiri," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Dia mencatat, selama Ramadan, makanan gratis untuk siswa, balita, dan ibu hamil sering memasukkan makanan kemasan dari pabrik besar. Praktik ini bertentangan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang ingin program ini dukung ekonomi lokal, bukan perkaya konglomerat.
Pengecualian berlaku untuk susu kemasan, kata Deyang, jika di suatu daerah tidak ada peternakan sapi perah lokal.
Dia menekankan BGN juga akan tegakkan kepatuhan ketat terhadap Prosedur Operasional Standar (SOP). Satu kasus melibatkan dapur MBG yang beli ayam pada Sabtu tetapi baru diolah empat hari kemudian.
Berita terkait: Indonesia nutrition agency apologizes for meal poisoning cases
"Mitra harus pantau dengan bertanggung jawab. Saya tidak akan terima bahan basi," kata Deyang, menyitir kasus di Bandung di mana ayam yang disimpan berhari-hari akhirnya disajikan ke siswa.
Kasus keracunan makanan massal telah dikaitkan dengan paket MBG di Kabupaten Bandung Barat. Hingga Rabu (24 Sept), 631 siswa jatuh sakit, termasuk 411 pada 22 Sept dan 220 pada 24 Sept.
Anak-anak mengalami mual dan muntah setelah mengonsumsi makanan MBG saat makan siang. Insiden terbaru terjadi di Kecamatan Cipongkor, dengan makanan diduga berasal dari Unit Layanan Pemenuhan Gizi di Desa Negalsari.
Berita terkait: Shark dish backlash prompts BGN to reaffirm MBG food safety
Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025