Penjelasan Visa H-1B: Definisi dan Penerima Manfaatnya

Presiden Amerika Donald Trump baru saja memberi aturan baru tentang visa H-1B pada hari Jumat. Ini adalah bagian dari kebijakannya yang ketat tentang imigrasi.

Aturan Trump ini mulai berlaku pada hari Minggu jam 12:01 pagi waktu EDT. Biaya untuk aplikasi visa H-1B sekarang menjadi $100,000. Biaya ini hanya sekali bayar untuk orang yang baru apply, bukan untuk yang sudah punya visa atau mau perpanjang.

Apa itu Program Visa H-1B?

Program H-1B dibuat dari UU Imigrasi tahun 1990. Program ini memungkinkan perusahaan di Amerika untuk mempekerjakan orang asing yang sangat ahli di bidang khusus, terutama di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).

Menurut USCIS (badan imigrasi AS), pelamar harus punya gelar sarjana atau lebih tinggi di bidangnya. Perusahaan yang ingin mempekerjakan harus mengajukan petition ke USCIS untuk calon karyawannya.

Program ini membatasi visa baru hanya 65,000 setiap tahun. Ditambah lagi 20,000 untuk orang yang sudah dapat gelar master atau lebih tinggi dari universitas di AS, atau yang bekerja di institusi pendidikan tinggi Amerika atau organisasi nirlaba.

Berdasarkan data pemerintah, India adalah penerima visa H-1B terbanyak tahun lalu, sekitar 71%. China di posisi kedua dengan 11.7%.

Mengapa Program ini Populer di Perusahaan AS?

Visa ini digunakan oleh banyak perusahaan teknologi di AS. Visa ini pertama dikeluarkan untuk masa tiga tahun, dan bisa diperpanjang untuk tiga tahun lagi.

Program ini membuka jalan bagi perusahaan Amerika untuk mempekerjakan jutaan tenaga ahli yang penting untuk mengisi kekurangan talent dan menjaga daya saing. Pendukung program ini termasuk Elon Musk, yang sendiri pernah memegang visa H-1B.

MEMBACA  Jamie Dimon Ramalkan AI Akan Persingkat Waktu Kerja: "Perkiraan Saya, Negara Maju Akan Bekerja Tiga Setengah Hari Seminggu"

Tapi, pengkritik program H-1B, termasuk banyak pekerja teknologi AS, bilang bahwa program ini membuat perusahaan bisa menekan gaji dan mengesampingkan pekerja Amerika yang sebenarnya bisa melakukan pekerjaan itu.

Seorang penerima H-1B harus dibayar minimal $60,000 per tahun untuk dianggap "bebas" dari aturan gaji tertentu. Aturan ini memungkinkan perusahaan kecil dan startup untuk mempekerjakan dengan visa ini. Perusahaan Teknologi Besar biasanya bayar lebih tinggi untuk karyawan H-1B mereka.

Negara Bagian Mana yang Paling Banyak Penerima H-1B?

Sejak 2018, California selalu peringkat pertama dalam jumlah aplikasi visa per tahun, menurut data USCIS.

California adalah rumah bagi Silicon Valley dan banyak perusahaan teknologi besar seperti Nvidia dan Apple. Tahun ini saja, California sudah menerima sekitar 62,864 aplikasi.

Texas ada di posisi berikutnya. Negara bagian ini menarik bagi perusahaan karena pajaknya lebih rendah dan banyak perusahaan yang bermarkas di sana, termasuk Oracle dan Tesla yang pindah ke Texas pada 2021. CEO Elon Musk juga pindahkan perusahaannya SpaceX ke sana tahun lalu.

Lalu ada New York, dan di belakangnya New Jersey, karena dekat dengan Wall Street dan institusi keuangan besar seperti JPMorgan Chase dan Jefferies.

Siapa yang Akan Terdampak Biaya Baru Ini?

Biaya visa yang lebih tinggi bisa menaikkan biaya dan mengurangi keuntungan perusahaan AS yang selama ini merekrut dari India dan negara lain untuk mengisi peran teknologi. Ini bisa memperketat pasar tenaga kerja yang sudah melemah karena kebijakan imigrasi ketat Trump sejak ia menjabat bulan Januari.

Meskipun Kecerdasan Buatan (AI) bisa membantu mengisi kekurangan tenaga kerja, biaya sponsor visa yang lebih tinggi akhirnya bisa dibebankan ke klien. Analis di Jefferies memperkirakan kenaikan biaya visa ini akan mengurangi keuntungan perusahaan sebesar 100-200 basis points dan menurunkan laba sekitar 4%-13%.

MEMBACA  Kenvue Pertimbangkan Penjualan Sebagian Merek Kesehatan Kulit dan Kecantikan, Menurut Sumber

Perusahaan Teknologi Besar seperti Amazon.com, Microsoft, Apple, dan Meta Platforms adalah sponsor visa H-1B teratas di AS. Amazon sendiri sudah mensponsori lebih dari 10,000 visa di tahun fiskal 2025. Bank-bank Wall Street seperti JPMorgan, Goldman Sachs, dan Citigroup juga ada di 50 sponsor teratas.

Perusahaan konsultan seperti Deloitte, PwC, dan Ernst and Young juga kemungkinan terdampak. Di luar AS, yang paling terdampak adalah sektor teknologi informasi India. Perusahaan seperti Tata Consultancy Services, Infosys, HCL Tech, dan LTIMindtree masuk dalam 20 sponsor teratas.

Kenaikan biaya ini juga bisa menyebabkan penurunan jumlah murid yang ingin kuliah di Amerika Serikat.