Planet Katai di Luar Pluto Diduga Memiliki Atmosfer Setipis Kertas

Para ilmuwan telah mendeteksi gas metana yang menyala samar-samar di atas Makemake, sebuah planet katau es yang lebih kecil dan letaknya lebih jauh dibandingkan Pluto di ruang angkasa.

Hingga saat ini, Pluto merupakan satu-satunya objek di tata surya yang diketahui memiliki gas pada jarak sejauh itu. Studi yang dipimpin oleh Southwest Research Institute ini melakukan penemuan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb, sebuah observatorium gabungan antara NASA dan rekan-rekan Eropa serta Kanada-nya.

Hasil baru ini bisa berarti Makemake memiliki atmosfer yang sangat tipis, atau bahwa metana sedang menyembur keluar dari permukaan beku-nya dalam bentuk gumpalan, serupa dengan geyser yang diamati pada bulan Saturnus, Enceladus. Bagaimanapun juga, temuan ini menunjukkan bahwa benda kecil nun jauh tersebut bukan sekadar peninggalan beku, melainkan sebuah dunia yang masih aktif dan berevolusi.

Temuan ini akan segera diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters.

“Makemake adalah salah satu dunia es terbesar dan paling terang di luar Neptunus, dan permukaannya didominasi oleh metana beku,” ujar Silvia Protopapa, penulis utama, dalam sebuah pernyataan. “Teleskop Webb kini telah mengungkapkan bahwa metana juga hadir dalam fase gas di atas permukaan, sebuah temuan yang menjadikan Makemake bahkan lebih menarik.”

Makemake, yang ditemukan 20 tahun lalu, dinamai dari dewa kesuburan suku Rapanui. Lebarnya hanya 890 mil—hanya dua per tiga ukuran Pluto.

Planet katai ini begitu jauh letaknya di tata surya, sekitar 4,25 miliar mil dari matahari, sehingga membutuhkan waktu sekitar 305 tahun Bumi untuk menyelesaikan satu kali perjalanan mengelilinginya. Pada tahun 2016, para astronom mengetahui bahwa ia tidak melakukan perjalanan ini sendirian: Teleskop Luar Angkasa Hubble milik NASA melihat sebuah bulan yang mengorbitnya.

MEMBACA  Penelitian Baru Menyarankan Ketergantungan Berlebihan pada Kecerdasan Buatan Dapat Menghambat Kemampuan Berpikir Kritis

Data baru dari Webb menawarkan pandangan terbaik sejauh ini terhadap kimia permukaan Makemake. Pengamatan telah mengungkapkan bahwa sebagian dari permukaan beku dunia mungil tersebut sedang berubah menjadi gas. Webb mampu mendeteksi ini karena ketika sinar matahari mengenai molekul gas, mereka memancarkan cahaya redup.

Asal muasal pasokan metana Makemake masih belum jelas. Beberapa ilmuwan menduga ia mungkin terbentuk di dalam planet katai melalui kimia air-batuan dan kemudian lolos. Yang lain berpikir ia bisa jadi merupakan metana sisa dari kelahiran tata surya.

Seiring waktu, sinar matahari dan radiasi menguraikan metana menjadi molekul yang lebih kompleks. Para ilmuwan telah menemukan beberapa di antaranya di Makemake, seperti etana, etilena, dan asetilena, yang sesuai dengan proses ini.

Namun, hasilnya belum dapat menyimpulkan apakah gas tersebut berasal dari atmosfer atau awan mirip semburan. Kedua penjelasan tersebut tidak sepenuhnya cocok dengan data, sehingga observasi lanjutan oleh Webb diperlukan. Atmosfernya, jika ada, sangatlah samar—miliaran kali lebih tipis dari Bumi dan jauh lebih lemah daripada Pluto.

“Jika skenario ini dikonfirmasi,” kata rekan penulis Emmanuel Lellouch dalam sebuah pernyataan, “Makemake akan bergabung dengan segelintir kecil benda di tata surya luar dimana pertukaran permukaan-atmosfer masih aktif hingga saat ini.”

Jika metana sama sekali tidak membentuk atmosfer, Makemake bisa saja melepaskan “beberapa ratus kilogram” semburan metana setiap detik, kata Protopapa, sebanding dengan yang terlihat di Enceladus, yang menyemburkan air ke luar angkasa.

Webb dan teleskop inframerah lainnya juga menunjukkan bahwa titik-titik di planet katai itu secara tak terduga “hangat” untuk wilayah luar—sekitar -190 derajat Fahrenheit. Namun sejauh ini para peneliti belum melihat bukti langsung kebocoran gas dari titik-titik hangat tersebut.

MEMBACA  Nyaman Membayar untuk Nilai yang Luar Biasa

Jika seseorang menghubungkan semua titik, mereka mungkin berasumsi Makemake memiliki siklus cuaca berbasis metana, tetapi Ian Wong, salah satu rekan penulis, mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan itu.

“Meskipun godaan untuk menghubungkan berbagai anomali spektral dan termal Makemake sangat kuat,” kata Wong dalam sebuah pernyataan, “menetapkan mekanisme yang mendorong aktivitas volatil tetap merupakan langkah yang diperlukan untuk menafsirkan observasi-observasi ini.”