Sarah Rainsford
Koresponden BBC di Kyiv
Di Dalam Gedung Pemerintahan Kyiv yang Dihantam Serangan Rudal
Ukraina telah memperlihatkan kepada para wartawan serpihan rudal yang mereka klaim menghantam sebuah gedung pemerintah kunci di Kyiv akhir pekan lalu, dan mengidentifikasinya sebagai rudal jelajah Rusia Iskander.
Para pejabat di sini kini meyakini bahwa gedung tersebut diserang dengan sengaja pada dini hari Minggu pagi. Respons Vladimir Putin terhadap upaya perdamaian Donald Trump tampak jelas dengan eskalasi serangan Rusia.
Namun, serangan-serangan itu tak hanya menyasar ibu kota Ukraina. Di wilayah Donbas timur, lebih dari 20 warga sipil tewas oleh bom luncur Rusia pada hari Selasa saat sedang mengantre untuk mengambil uang pensiun mereka. Volodymyr Zelensky menyatakan serangan di desa Yarova itu sebagai "biadab" dan sekali lagi menyerukan kepada sekutu-sekutu Ukraina untuk meningkatkan tekanan kepada Moskwa melalui sanksi-sanksi.
Kantor kepresidenannya menyatakan bahwa beberapa komponen senjata AS dan Eropa masih sampai ke Rusia, termasuk untuk rudal Iskander. Moskwa telah mengganti sisanya dengan produksi dalam negeri mereka. "Tindakan tegas diperlukan untuk menghentikan Rusia membawa kematian," tulis presiden Ukraina itu.
Para jurnalis diperlihatkan lantai atas yang hancur dari gedung pemerintah utama Ukraina di Kyiv, menyusul serangan udara Rusia. Tim kami sedang syuting pada Minggu pagi selama serangan udara di Kyiv pusat dan berhasil merekam momen ketika gedung menteri terkena. Rekaman tersebut tampak menunjukkan serangan langsung: sebuah rudal tiba-tiba melengkung ke bawah, tepat sebelum ledakan. Tidak ada indikasi bahwa rudal itu dicegat oleh pertahanan udara.
Ketika kami diizinkan masuk ke dalam gedung era Soviet yang luas itu untuk melihat kerusakannya, bau hangus semakin kuat saat kami mendaki ke lantai atas. Atap dan sebagian dinding di area yang rusak telah hancur berantakan dan terdapat lubang menganga di lantai. Di sekelilingnya, kabel-kabel yang putus bergantungan dari sisa-sisa langit-langit.
Rudal yang dijejali dengan lebih dari 100kg (220lb) bahan peledak itu tidak meledak, sehingga kerusakan terbatas pada tiga lantai. Namun tetap signifikan. Kami melihat serpihan rudal tersebut, yang kini dikumpulkan sebagai barang bukti: potongan-potongan logam yang penyok, beberapa dengan tulisan Sirilik, terkumpul dalam tumpukan. Para ahli senjata yang kami konsultasikan sepakat bahwa itu terlihat seperti rudal jelajah Rusia dan menyatakan kerusakannya konsisten dengan dampak rudal Iskander yang menabrak namun tidak meledak.
"Terkadang sumbu tidak bekerja dan rudal tidak meledak. [Itu] bisa terjadi pada berbagai sistem yang berbeda," kata Fabian Hinz, ahli rudal dan drone di International Institute for Strategic Studies di Berlin, kepada saya. "Saya pikir itu menghantam gedung," konfirmasi analis militer Oleksandr Musiienko di Kyiv. "Rudal ini memiliki kecepatan tinggi dan terbang di ketinggian rendah. Sangat sulit terlihat di radar. Dan tentu saja, kami masih belum memiliki cukup sistem pertahanan udara seperti [Amerika] Patriot, misalnya, yang dapat kami gunakan untuk menjatuhkan mereka."
Di Kyiv, peningkatan serangan dini hari sangat jelas: mereka menjadi lebih sering – tetapi yang paling penting adalah skalanya lebih besar. Rusia kini meluncurkan ratusan drone sekaligus, dengan sengaja menguras sumber daya Ukraina. Itulah mengapa Zelensky terus-menerus meminta lebih banyak rudal: bagi seseorang yang jauh dari Kyiv, mungkin terdengar seperti dia stuck on repeat. Tetapi bagi orang-orang di sini, itu mungkin adalah pembeda antara hidup dan mati.
Serangan Rusia tidak hanya simbolis, pada gedung-gedung pemerintah yang kosong. Mereka juga secara rutin menghantam rumah-rumah penduduk, seperti yang kita saksikan lagi minggu ini. "Terkadang banyak dari drone ini adalah umpan – tanpa bahan peledak – hanya untuk melemahkan sistem pertahanan udara kami," jelas Mr. Musiienko. "Kami belum pernah menyaksikan serangan seperti ini dalam sejarah kami. Tentu saja, ini merupakan ancaman."
Lebih dekat ke garis depan, taktiknya berbeda: bom luncur mematikan datang hampir tanpa peringatan. Di Yarova, mereka yang tewas kali ini adalah para lansia. Mereka adalah orang-orang yang paling enggan atau paling tidak mampu meninggalkan rumah mereka, bahkan ketika pertempuran kembali mendekat. Desa itu diduduki oleh Rusia pada awal invasi skala penuh tahun 2022, kemudian dibebaskan oleh pasukan Ukraina. Setidaknya 24 orang yang selamat dari semua itu sekarang tewas.
Gambar-gambar dari TKP menunjukkan tubuh mereka terbaring di tanah dan sebuah van kantor pos yang hancur yang sedang mengantarkan uang pensiun. Van itu diparkir di bawah pohon untuk berlindung, berharap tidak terlihat – tetapi bom tetap saja menghantam. Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menyebutnya sebagai serangan "barbar" oleh Rusia dan "kejahatan keji" terhadap orang-orang dan wilayah yang diklaim Putin perlu diselamatkan ketika dia memerintahkan invasi. "Kami mendesak dunia untuk bersuara dan bertindak segera," kata Sybiha.
Tetapi Ukraina menginginkan lebih dari sekadar kecaman. Mereka masih menyerukan tindakan terhadap ekonomi Rusia dan sektor pertahanan di sana. Seorang penasihat Presiden Zelensky, Vladyslav Vlasiuk, mengatakan kepada saya bahwa sanksi yang diterapkan sejauh ini telah membuahkan hasil. Dia mengatakan, tim Ukraina telah memeriksa sisa-sisa rudal dan drone yang diluncurkan Rusia sejak 2022, dan persentase komponen buatan Barat telah menyusut. Namun, itu belum sepenuhnya dihilangkan. "Ada lebih sedikit komponen Barat, itu bagus," jelas Mr. Vlasiuk. Namun yang menjadi sorotan negatif adalah meningkatnya jumlah suku cadang Rusia, yang mengindikasikan bahwa Rusia kini memproduksi barang-barang yang sebelumnya tak dapat mereka buat, termasuk mikrochip.
Kerjasama yang kian erat dengan Tiongkok dalam memproduksi drone juga disebut membuatnya jauh lebih sulit untuk diganggu sinyalnya.
Hal itulah yang kemungkinan memungkinkan Rusia untuk pertama kalinya menyerang gedung pemerintahan utama di Kyiv—tepatnya di kawasan yang paling dijaga ketat di kota ini.
“Mengerikan bahwa mereka kini menyasar pusat kota,” ujar Alyona pada Selasa, sembari mendorong kereta bayinya tak jauh dari gedung kementerian.
“Drone emang selalu ada di sini,” tambah suaminya. “Cuma, dulu cuma terbang lewat, sekarang udah bisa nyasar.”