Israel Kembali Ratakan Gaza, Gedung Pencakar Langit Luluh Lantak Digempur | Konflik Israel-Palestina

Dipublikasikan pada 7 Sept 2025

Israel telah menghancurkan gedung pencakar langit lainnya di Kota Gaza, sehingga membawa jumlah bangunan yang diratakan selama kampanye untuk merebut kawasan tersebut menjadi setidaknya 50, menurut Pertahanan Sipil Palestina.

Militer Israel mengatakan mereka menyerang Menara Al-Ruya pada hari Minggu setelah mengeluarkan ancaman pengosongan terhadap gedung tersebut, sementara warga dan keluarga pengungsi yang berlindung di tenda-tenda darurat di lingkungan itu terpaksa melarikan diri.

Artikel Rekomendasi

list of 3 items
end of list

Kepala Jaringan LSM Palestina, Amjad Shawa, yang berada di dekat lokasi serangan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa situasinya “menakutkan”, dengan kepanikan yang menyebar di antara orang-orang.

“Hari ini, ratusan keluarga kehilangan tempat berlindung. Israel [ingin] memaksa warga Palestina ke area selatan dengan menggunakan ledakan-ledakan ini, tetapi semua orang tahu bahwa tidak ada tempat yang aman di selatan ataupun zona kemanusiaan mana pun,” kata Shawa.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa tentara sedang “memberantas infrastruktur teroris dan pencakar langit teroris yang jahat”, sebuah narasi yang sering diulang Israel saat mereka meluluhlantakkan infrastruktur sipil di Gaza.

Serangan Al-Ruya terjadi setelah serangan sebelumnya di Klub Al Jazeera di pusat Kota Gaza, di mana tenda-tenda yang menampung keluarga pengungsi juga ikut dihantam.

Kejadian ini berlangsung setelah Israel menargetkan Menara Soussi setinggi 15 lantai pada hari Sabtu dan Menara Mushtaha setinggi 12 lantai pada hari Jumat. Beberapa warga Palestina yang berlindung di perkemahan tenda di sekitar menara itu terluka.

Eskalasi Israel di Kota Gaza

Kabinet keamanan Israel menyetujui rencana pendudukan militer atas Kota Gaza pada bulan Agustus, sebuah langkah yang menurut Netanyahu telah menyebabkan pengungsian 100.000 warga Palestina.

MEMBACA  Masa Depan Global Dibuka Kembali Pasca Gangguan Operator Bursa CME Berjam-jam

Sementara Israel berupaya menggusur penduduk Kota Gaza ke bagian selatan enklaf tersebut, warga Palestina terus menyatakan bahwa tidak ada tempat yang aman di wilayah itu.

Kementerian Dalam Negeri Gaza menerbitkan pernyataan pada hari Minggu yang memperingatkan warga Palestina di Kota Gaza untuk tidak mempercayai klaim Israel bahwa mereka telah mendirikan zona kemanusiaan di area al-Mawasi, Khan Younis.

“Kami menyeru warga di Kota Gaza untuk mewaspadai klaim penjajah yang menipu tentang keberadaan zona aman kemanusiaan di selatan Jalur,” bunyi pernyataan itu.

Militer Israel telah menetapkan al-Mawasi sebagai “zona kemanusiaan” sejak awal kampanye mereka melawan Gaza. Sejak saat itu, kawasan itu telah berulang kali dibom.

Jurnalis Al Jazeera Hani Mahmoud melaporkan bahwa “setiap lima hingga 10 menit, suara ledakan dapat terdengar dari segala arah di Kota Gaza”, termasuk pemboman berat di lingkungan Sabra dan Zeitoun.

“Pasukan Israel menggunakan robot peledak yang dikendalikan dari jarak jauh, dan meledakkannya di jalan-jalan perumahan, menghancurkan lingkungan,” katanya. Di Sheikh Radwan, tambah Mahmoud, rumah-rumah, fasilitas publik, sekolah-sekolah, dan sebuah masjid juga terkena.

Layanan darurat melaporkan setidaknya enam orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan udara di area Shati di barat laut Kota Gaza.

Serangan drone Israel juga menewaskan dua orang dan melukai banyak lainnya di kamp Nuseirat di Gaza tengah.

Sumber medis mengatakan setidaknya 65 warga Palestina tewas di seluruh Gaza pada hari Minggu.

Perang Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 64.368 warga Palestina dan melukai 162.776 sejak Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan Gaza. Ribuan lainnya masih terkubur di bawah reruntuhan sementara kelaparan terus menyebar di seluruh enklaf.

MEMBACA  Insiden Penembakan di Depan Gedung Putih, Dua Personel Garda Nasional dalam Kondisi Kritis

Akademisi, pakar PBB, dan kelompok hak asasi manusia terkemuka telah menggambarkan kekejian Israel yang mengerikan di Gaza sebagai genosida.

Kemudian pada hari Minggu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa dia mengajukan proposal baru untuk mengakhiri perang di Gaza, menyebutnya sebagai “peringatan terakhir” bagi Hamas.

Kelompok Palestina tersebut mengaku menerima “gagasan” dari AS, dan mengatakan bahwa mereka menyambut baik segala upaya untuk mencapai gencatan senjata yang permanen.