Jakarta (ANTARA) – TNI (Tentara Nasional Indonesia) secara resmi menyangkal lima laporan informasi yang menyatakan bahwa personel TNI terlibat dalam demonstrasi terkini yang berujung pada kekerasan.
Dalam konferensi pers di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, pada Jumat (28/8), Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigadir Jenderal (Marinir) Freddy Ardianzah, membantah klaim tersebut sebagai hoax yang tidak berdasar.
“Saya ingin klarifikasi beberapa hal yang kami anggap sebagai hoax,” ujar Ardianzah.
Ardianzah menjelaskan hoax pertama melibatkan Mayor SS, seorang perwira dari Badan Intelijen Strategis (BAIS), yang dituduh ikut unjuk rasa di Pejompongan, Jakarta Pusat, pada Kamis (28 Agust). Padahal, SS sedang melaksanakan tugas intelijennya, yaitu mengumpulkan informasi tentang protes tersebut.
Hoax kedua adalah video viral yang memperlihatkan prajurit TNI, Pratu (Prajurit Satu) Handika Novaldo, ditahan polisi karena dituduh ikut demonstrasi di Sumatera Selatan pada Minggu (31 Agustus).
Ardianzah menyangkal keterlibatan Novaldo, dan menyatakan bahwa prajurit tersebut justru ditangkap saat sedang berusaha mencari makanan dan membeli BBM di SPBU dekat lokasi demonstrasi.
Berita terkait: Jakarta Protests: Indonesian Army steps in to maintain peace
Hoax berikutnya yang dibantah melibatkan seorang pria yang mengaku sebagai anggota TNI bernama Fajri Buhang di Sumatera Utara pada Senin (1 September). Polisi menahan Buhang saat unjuk rasa, tetapi saat diperiksa, ia tidak bisa menyebutkan satuan tempat bertugasnya atau menunjukkan kartu identitas militer.
“Oleh karena itu, telah dikonfirmasi bahwa pria tersebut bukan anggota TNI melainkan warga sipil yang bekerja di sektor transportasi,” jelas Ardianzah.
Hoax selanjutnya berasal dari Ternate, Maluku Utara, di mana seorang pengunjuk rasa bernama Pascal Mamangkey ditangkap dan dituduh sebagai anggota TNI yang menghasut aksi anarkis selama protes pada Senin (1 September).
Setelah diselidiki, Mamangkey ternyata hanyalah seorang pelajar berusia 16 tahun yang mengaku-ngaku sebagai anggota TNI.
Hoax terakhir melibatkan seorang pengunjuk rasa yang mengklaim dia disuruh oleh anak anggota TNI untuk menyerang Markas Brimob di Cikeas. Investigasi mengungkap bahwa klaim tersebut hanyalah upayanya untuk menghindari pemeriksaan polisi.
Ardianzah menyatakan kekecewaannya karena cerita-cerita ini menjadi viral di media sosial dan membentuk persepsi publik seolah-olah TNI berada di belakang kerusuhan tersebut.
Dengan klarifikasi dari TNI ini, diharapkan masyarakat dapat lebih terinformasi dan tidak lagi terkecoh oleh kelima berita hoax ini.
Berita terkait: TNI denies military aims to impose martial law amid Jakarta unrest
Penerjemah: Walda Marison, Kuntum Khaira Riswan
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025