Menteri Yusuf Pastikan Korban Unjuk Rasa Terima Kompensasi Finansial

Jakarta (ANTARA) – Menteri Sosial Saifullah Yusuf memastikan bahwa kompensasi keuangan telah mulai di cairkan kepada korban dari protes yang baru aja terjadi di berbagai kota di Indonesia pekan lalu.

Di Istana Presiden pada hari Kamis, Yusuf menyatakan bahwa kompensasi akan diberikan langsung kepada keluarga dekat korban yang meninggal dunia, dengan jumlah sebesar Rp15 juta. Sementara itu, setiap korban yang luka-luka mendapat Rp5 juta.

“Kami mulai pendistribusiannya kemarin, dan hari ini akan kami salurkan ke korban di Makassar dan Yogyakarta serta di beberapa daerah lainnya,” ujar menteri tersebut.

Kompensasi ini bersumber dari dana bantuan sosial yang dialokasikan dari APBN melalui Kementerian Sosial, jelasnya.

Dia juga mengungkapkan data terbaru dari kementerian yang mencatat total 22 korban dari kerusuhan tersebut, termasuk 7 meninggal, 9 warga luka berat, dan 6 polisi yang terluka.

“Kami tidak akan membedakan antara warga atau polisi; mereka semua adalah korban,” tegas Yusuf.

Menteri juga menegaskan bahwa korban tidak hanya akan menerima kompensasi finansial, tetapi juga rehabilitasi sosial dan akses ke program pemberdayaan.

Pada Rabu (3 September), Yusuf secara pribadi menyerahkan kompensasi dan bantuan kepada keluarga Affan Kurniawan, driver ojek online yang tewas setelah tertabrak kendaraan polisi pada Kamis (28 Agustus), sebuah insiden yang memicu gelombang baru protes terhadap pemerintah.

Pemerintah memberikan kompensasi finansial Rp15 juta dan paket sembako untuk keluarga Kurniawan.

Pada kesempatan itu, Yusuf juga menginformasikan kepada keluarga almarhum tentang program pengembangan bisnis yang disponsori kementerian, jika mereka tertarik untuk memulai usaha.

“Kami berbicara dengan orang tua Kurniawan tentang jenis usaha apa yang ingin mereka mulai jika mau,” katanya, sambil menambahkan bahwa keluarga Kurniawan “menunjukkan minat untuk berpartisipasi dalam program pengembangan tersebut”.

MEMBACA  Permusuhan dengan Rusia, Penderitaan Uni Eropa Kian Mendalam