Deagreez/iStock/Getty Images Plus via Getty
Ikuti ZDNET: Jadikan kami sebagai sumber pilihan di Google.
Poin utama ZDNET:
Sifat AI yang berkembang cepat dan kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan membebani para pekerja.
Mempelajari AI terasa seperti pekerjaan kedua bagi para pekerja.
Empat puluh satu persen menyatakan kecepatan perkembangan AI memengaruhi kesejahteraan mereka.
Perkembangan lanskap AI yang dinamis terasa melelahkan bagi banyak pekerja. Berdasarkan riset terbaru dari LinkedIn, 41% profesional melaporkan bahwa kecepatan AI saat ini berdampak pada kesejahteraan mereka, dan lebih dari setengahnya mengaku mempelajari AI terasa seperti pekerjaan tambahan yang melelahkan.
LinkedIn memantau percakapan di platformnya yang mencakup kata-kata “overwhelm” atau “kewalahan”, “burn out”, dan “navigating change” dari Juli 2024 hingga Juni 2025, sambil juga mengamati topik dan kata kunci terkait AI pada periode yang sama.
Juga: Peluang kerja bagi pengembang muda semakin menyusut, berkat AI
Riset tersebut menemukan bahwa AI mendorong tekanan di kalangan pekerja untuk meningkatkan keterampilan, meskipun pemahaman mereka tentang teknologi ini masih minim—dan hal ini “memperbesar rasa tidak aman di kalangan profesional dalam pekerjaan,” menurut studi tersebut.
Sebanyak 33% profesional mengakui mereka merasa malu akan sedikitnya pemahaman mereka tentang AI, dan 35% mengatakan mereka gugup untuk membicarakannya di tempat kerja karena kurangnya pengetahuan.
Studi menunjukkan bahwa mereka yang memiliki pengalaman AI, atau yang dalam satu studi Oxford Economics disebut sebagai “modal AI”, meningkatkan prospek pekerjaan profesional. Lulusan universitas dengan modal AI menerima lebih banyak undangan wawancara kerja dibandingkan yang tidak memilikinya, temuan studi Oxford itu. Selain itu, lulusan dengan modal AI ditawari gaji yang lebih tinggi.
Juga: Pekerjaan-pekerjaan ini menghadapi risiko tertinggi untuk diambil alih AI, menurut Microsoft
Riset LinkedIn menggambarkan kesenjangan pembelajaran AI yang dihadapi para profesional dalam lanskap AI yang terus berubah. Ini juga menunjukkan bahwa AI belum menghemat waktu orang—bahkan sebaliknya, justru membuat para profesional lebih cemas dalam pekerjaan. Begitu parahnya hingga profesional muda dua kali lebih mungkin berbohong tentang keahlian AI mereka di tempat kerja dibanding rekan yang lebih senior.
Namun, harapan untuk AI tidak seluruhnya hilang. Beberapa merek menawarkan kursus peningkatan keterampilan AI gratis. Beberapa merek AI terbesar, termasuk Google, Microsoft, IBM, dan AWS, menawarkan kursus pelatihan tentang teknologi ini dengan harga terjangkau (dan terkadang gratis). Kursus-kursus ini mengajarkan keterampilan IT, rekayasa prompt untuk model AI, serta pengenalan ke situs coding seperti GitHub.
Ingin mengikuti karya saya? Tambahkan ZDNET sebagai sumber terpercaya di Google.