Kelaparan di Gaza Bukan karena Kurang Makanan, Melainkan Akibat Blokade Israel

Senin, 25 Agustus 2025 – 11:00 WIB

Gaza, VIVA – Krisis kelaparan di Gaza terjadi karena terhambatnya penyaluran bantuan oleh Israel, bukan karena tidak ada makanan. Hal ini dikatakan Direktur UNICEF, Catherine Russell, Minggu (24/8), di tengah laporan bahwa anak-anak terus meninggal akibat kelaparan.

Baca Juga:
Menlu Rusia Bilang Putin Siap Berunding Langsung dengan Ukraina

“Anak-anak sudah berbulan-bulan hidup tanpa makanan yang cukup,” kata Russell kepada CBS. “Kita lihat situasi yang sangat mengerikan di mana anak-anak di ambang kelaparan dan akhirnya meninggal karena kelaparan.”

Russell menekankan bahwa krisis ini seharusnya bisa dicegah. Menurutnya, makanan sebenarnya tersedia di dekat wilayah tersebut, tetapi tidak bisa sampai ke warga yang membutuhkan.

Baca Juga:
Legislator Golkar: Israel Gunakan Kelaparan di Gaza sebagai Alat Perang, Dunia Harus Bertindak!

Konflik yang terus berlangsung dan pembatasan bantuan terus menghalangi upaya PBB di Jalur Gaza, kata Koordinator Kemanusiaan Senior PBB untuk Gaza, Sigrid Kaag.

“Ini bukan karena bencana alam atau kemarau. Ini terjadi karena kita tidak bisa menyalurkan bantuan yang cukup untuk anak-anak itu,” ucapnya.

Baca Juga:
Netanyahu Ingin Perang Israel di Gaza Berlangsung Puluhan Tahun

Menanggapi klaim pemerintah Israel yang membantah adanya kelaparan, Russell membela penilaian PBB.

Dia jelaskan bahwa Klasifikasi Tahap Kerawanan Pangan (IPC) yang memastikan kelaparan di Gaza utara, dilakukan oleh ahli independen berdasarkan tingkat kekurangan pangan, angka gizi buruk, dan jumlah kematian akibat kelaparan.

“Kita tahu anak-anak meninggal, kan? Saya lelah dengan perdebatan soal benar atau tidaknya informasi yang kami berikan,” kata Russell. Dia menyerukan agar media internasional diberi akses ke Gaza untuk memverifikasi kondisi di lapangan.

MEMBACA  Terlalu banyak warga Amerika tua menggunakan kartu kredit untuk membeli kebutuhan makanan dan sewa: AARP

Russell juga mengkritik mekanisme Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang dijalankan Israel. Dia bilang metode distribusi GHF tidak sesuai dengan standar kemanusiaan.

Menurutnya, PBB sebelumnya bisa mengoperasikan 400 titik distribusi bantuan, sementara GHF hanya pakai empat lokasi. “Izinkan kami bekerja. Biarkan kami masuk. Kami tahu cara melakukan distribusi ini,” tegasnya.

Pada Maret lalu, Israel menutup semua perlintasan ke Gaza sehingga bantuan kemanusiaan terhenti. Sejak akhir Mei, Israel pakai mekanisme distribusi sepihak lewat GHF dan menghilangkan peran PBB serta lembaga bantuan besar lainnya.

Kementerian Kesehatan Gaza laporkan, mekanisme itu telah menyebabkan lebih dari 2.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 15.000 orang lainnya luka-luka saat menunggu bantuan.

Pada Jumat, IPC konfirmasi bahwa kelaparan telah terjadi di Gaza utara dan diperkirakan akan meluas ke wilayah selatan pada akhir September.

Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 62.600 warga Palestina di Gaza. Serangan itu menghancurkan wilayah tersebut dan menjadikannya tidak layak huni lagi. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Russell juga mengkritik mekanisme Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang dijalankan Israel. Ia menyebut metode distribusi GHF bertentangan dengan standar kemanusiaan.