Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto menekankan peran penting lulusan program sekolah gratis pemerintah, Sekolah Rakyat, dalam memutus mata rantai kemiskinan di Indonesia.
Pidato di briefing nasional untuk guru dan kepala sekolah Sekolah Rakyat pada Jumat, Prabowo mengatakan program ini adalah bagian dari strategi pemerintah untuk memutus siklus kemiskinan lewat investasi di generasi mendatang.
“Sekolah Rakyat mempersiapkan anak muda untuk membantu keluarga mereka keluar dari kemiskinan. Pendidikan adalah jalan untuk memastikan semua rakyat Indonesia menikmati kekayaan bangsa,” ujar Prabowo di JIExpo Kemayoran.
Pada kesempatan itu, dia mengingatkan guru dan kepala sekolah bahwa mereka punya peran kunci dalam mempersiapkan anak-anak untuk mengentaskan keluarga dari berbagai keterbatasan.
Hal ini, menurutnya, sejalan dengan cita-cita pendiri bangsa, yang juga menginginkan kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajah tapi juga dari kemiskinan, kelaparan, dan penderitaan.
Berita terkait: Prabowo dorong guru Sekolah Rakyat bantu putus rantai kemiskinan
Beliau menggarisbawahi bahwa pendidikan adalah cara utama untuk memastikan semua warga Indonesia dapat merasakan manfaat dari kekayaan bangsa.
Presiden menekankan bahwa pemerintah telah bekerja keras untuk mewujudkan program Sekolah Rakyat dalam waktu singkat, dengan 100 Sekolah Rakyat yang sudah beroperasi sejauh ini.
“Pada bulan September, akan ada tambahan 65 sekolah. Tahun depan, insya Allah, akan ada 200 sekolah,” tambah dia.
Dalam acara Jumat itu, Presiden Prabowo juga menitipkan pesan khusus kepada guru dan kepala sekolah untuk menjalankan tugas mulia mendukung penghapusan kemiskinan di tanah air.
Sekolah Rakyat adalah bagian dari upaya pemerintah memutus siklus kemiskinan di Indonesia, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang Optimalisasi Penanggulangan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
Program ini ditargetkan untuk anak-anak dari keluarga miskin dan sangat miskin, sesuai dengan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan pada Maret 2025 sebesar 8,47 persen atau 23,85 juta orang, yang merupakan angka terendah dalam dua dekade terakhir.
Sementara itu, jumlah penduduk miskin ekstrem di Indonesia turun menjadi 2,38 juta per Maret 2025, atau penurunan 1,18 juta dibanding Maret 2024.
Berita terkait: 165 Sekolah Rakyat beroperasi September: Presiden
Penerjemah: Andi Firdaus, Raka Adji
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025