Jumat, 8 Agustus 2025 – 00:30 WIB
Singapura, VIVA – Singapore Airlines (SIA) sudah minta maaf setelah seorang penumpang Muslim kelas bisnis diberi hidangan yang mengandung daging babi dalam penerbangan 18 jam dari Singapura ke New York.
Penumpang tersebut adalah warga Singapura bernama Jey. Ia bilang kejadian ini terjadi saat ia dikasih makanan berlabel "Salad Mediterania Panggang dengan Prosciutto" dalam salah satu layanan makan di pesawat SQ24.
Jey nggak tau apa itu ‘prosciutto’, jadi ia tanya ke pramugari apakah itu bacon. Kata mereka, itu bukan bacon dan aman dimakan.
Baca Juga:
Pameran International Islamic Expo 2025 Kembali Hadir di Jakarta
Tapi pas udah mencicip, Jey cari tahu dan ternyata prosciutto itu daging babi.
"Saya kaget banget," kata Jey ke Mothership, media digital Singapura. Ia udah jadi Muslim taat lebih dari 30 tahun.
Saat dikonfirmasi, pramugari katanya salah dengar. Mereka juga bilang staf yang layanin masih junior dan nggak tau kalo prosciutto itu babi.
Jey ngeluh ke maskapai dan awalnya ditawarin voucher S$150, lalu 15.000 mil KrisFlyer, bahkan 30.000 mil—tapi ditolak semua.
"Ini ngeselin dan menghina," ujarnya. "Nggak ada orang beriman—Muslim, Yahudi, Hindu—yang mau langgar aturan makan cuma demi 30.000 mil."
Tiketnya sendiri harganya sekitar S$10.000. Jey minta SIA perbaiki menu dan pahami seriusnya masalah ini. Ia juga ngeluh ke Departemen Perhubungan AS.
Singapore Airlines Minta Maaf
Sebelum terbang, Jey udah pesan makanan halal. Tapi pas disajikan, nggak ada label babi di makanannya. Situs SIA juga nunjukin kalo hidangan mengandung babi sering nggak diberi label.
Dalam email ke Mothership, petugas SIA ngaku kalo pramugari awalnya nggak yakin apakah prosciutto itu babi. Mereka minta maaf dan nawarin makanan lain, tapi Jey nggak mau.
SIA bilang mereka udah perkuat pelatihan buat pramugari dan tetap komunikasi sama Jey. Mereka juga sarankan penumpang dengan pantangan agama pesan makanan khusus sebelum terbang.
Halaman Selanjutnya
Jey mengajukan keluhan ke maskapai. Awalnya, ia ditawari voucher S$150, lalu 15.000 mil, dan akhirnya 30.000 mil—tapi tetap ditolak.