Komentar Son Heung-min Setelah Bergabung dengan Los Angeles FC

Kamis, 7 Agustus 2025 – 16:20 WIB

VIVA – Bintang asal Korea Selatan, Son Heung-min, akhirnya resmi tinggalkan Tottenham Hotspur dan memulai petualangan baru di Amerika Serikat. Dia gabung dengan klub Major League Soccer (MLS), Los Angeles FC (LAFC), lewat transfer yang pecahkan rekor.

Baca Juga :
Messi Jadi Tumbal Duel Inter Miami Vs Necaxa

Pemain berusia 33 tahun itu selesaikan kepindahan senilai lebih dari £20 juta atau sekitar Rp400 miliar, menjadikannya transfer termahal dalam sejarah MLS. Kepindahan ini diumumkan hanya beberapa bulan setelah Son pimpin Tottenham raih gelar Liga Europa 2025.

Dalam konferensi pers perkenalan di Los Angeles, Son akui bahwa LAFC bukan destinasi impiannya. Tapi, pendekatan serius dari manajemen klub bikin dia luluh.

Baca Juga :
Tottenham Hotspur Mulai Pikirkan Pengganti Son Heung-min yang Putuskan Hengkang

"Kalau jujur, ini bukan pilihan pertama saya. Tapi John (Thorrington, General Manager LAFC) orang pertama yang telepon saya setelah musim berakhir dan dia ubah pikiran saya, dia ubah hati saya," kata Son.

Son tegaskan bahwa dia datang ke MLS bukan cuma untuk santai, tapi untuk berikan segalanya. Dia bahkan tersentuh lihat antusiasme fans Korea yang tinggal di LA saat pertandingan LAFC.

Baca Juga :
Terpopuler: Duel Persib Vs Western Sydney Wanderers, Pernyataan Resmi Son Heung-min Tinggalkan Tottenham Hotspur

"Saya sangat senang lihat semua fans Korea. Saya sempat tonton pertandingan dan kalian dukung dengan luar biasa. Rasanya saya mau langsung masuk lapangan dan main. Saya di sini untuk menang dan akan beri performa terbaik."

"Saya akan tunjukkan sesuatu yang menarik dalam… apa kita sebut football atau soccer? Intinya, saya akan bawa permainan menarik dan kesuksesan," tambahnya sambil bercanda.

MEMBACA  Cadangan Lahan Pemerintah untuk Perumahan Pasca-Bencana

Meski penuh semangat, Son tidak tutupi bahwa tinggalkan Tottenham adalah keputusan berat. Setelah 10 tahun, dia merasa kehilangan rumah kedua.

"Saya rasa kosong. Saya sudah berikan segalanya, tapi juga butuh babak baru dan tantangan baru. Saya pilih LAFC. Saya mungkin sudah tidak muda, tapi masih punya fisik bagus, kaki kuat, dan kualitas yang belum hilang."

Sebelumnya, Son juga sampaikan pesan perpisahan haru untuk pendukung Spurs lewat media sosial. Dia sebut keputusannya tinggalkan klub sebagai yang tersulit dalam kariernya.

"Bagaimana cara cari kata-kata yang tepat untuk ini? Saya tidak tau. Sudah mikirinnya berhari-hari. Tapi ini saatnya saya ucapkan selamat tinggal pada Tottenham Hotspur. Rumah saya selama satu dekade terakhir," tulisnya.

"Ketika saya tiba di 2015, saya tidak bisa bahasa Inggris, tidak kenal London. Tapi kalian sambut saya dengan tangan terbuka, percaya pada saya, dan dampingi saya di setiap suka duka."

"Saya cuma anak dari Korea dengan mimpi besar yang katanya tidak mungkin. Sekarang, 10 tahun kemudian, London Utara akan selamanya ada di hati saya."

"Saya pikir jika saya harus pergi, itu harus dengan cara saya, di saat yang tepat, ketika misi kita sudah selesai bersama. Dengan bangga dan kehormatan."

Son datang ke Tottenham pada 2015 dari Bayer Leverkusen. Selama 10 musim, dia main di 454 laga dan cetak 173 gol. Bersama Harry Kane, Son jadi bagian duet paling produktif dalam sejarah Premier League, dengan 47 kombinasi gol.

Di bawah pelatih Mauricio Pochettino, Son bantu Tottenham jadi runner-up Premier League di 2017 dan capai final Liga Champions 2019. Setelah Kane pergi ke Bayern, Son dipercaya sebagai kapten oleh Ange Postecoglou dan sukses bawa Spurs juara Liga Europa musim lalu.

MEMBACA  Masjid Istiqlal telah menerima setidaknya 44 hewan Qurbani: juru bicara

Sekarang, Son akan bertemu lagi dengan mantan kiper Spurs, Hugo Lloris, di Los Angeles—kota dengan populasi Korea terbanyak di luar Asia. Keputusan ini juga jadi persiapan untuk Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat.

Halaman Selanjutnya
"Meski penuh semangat, Son tidak tutupi bahwa tinggalkan Tottenham adalah keputusan berat. Setelah 10 tahun, dia merasa kehilangan rumah kedua."