Selasa, 5 Agustus 2025 – 01:04 WIB
Legenda tinju Indonesia, Chris John, ikut memberikan pendapat tentang polemik Permenpora Nomor 14 Tahun 2024. Aturan ini terus jadi perbincangan panas, terutama di kalangan komunitas olahraga nasional.
Dalam pernyataannya, Chris John menyarankan agar peraturan itu dievaluasi ulang jika tidak ada solusi lain yang bisa diterima semua pihak.
Baca Juga:
900 Atlet Berlaga di Skate Asia 2025, Indonesia Target Juara Umum
Chris John mengatakan, "Kalau memang tidak ada solusi lain, saya sarankan Permenpora ini dievaluasi lagi."
Baca Juga:
Geliat Industri Olahraga di Balik Kompetisi Sepakbola Usia Muda
Permenpora No.14/2024 melarang KONI, baik pusat maupun daerah, serta tenaga keolahragaan menerima dana dari APBN atau APBD. Kebijakan ini dinilai mempersulit pembinaan olahraga.
Padahal, pengelolaan anggaran di daerah seharusnya diatur oleh Kemendagri, bukan Kemenpora. Hal ini dianggap tumpang tindih dan berpotensi merugikan KONI serta atlet.
Baca Juga:
KONI Pusat Resmi Lantik Anindya Bakrie dan Pengurus PB PRSI 2025-2029
Chris John menekankan pentingnya peran KONI dalam mendukung atlet dari level daerah hingga nasional. Ia ingat dukungan KONI saat masih aktif bertanding.
"KONI daerah yang dulu mendukung kita sejak awal, mereka yang mendaftarkan kita bertanding, menyediakan akomodasi, terutama saat PON. Saya harap atlet sekarang juga dapat dukungan serupa," ujarnya.
Chris John menyebut KONI bukan cuma lembaga birokrasi, tapi juga tempat emosional bagi atlet.
"KONI itu rumah kedua bagi atlet. Bukan cuma untuk latihan, tapi juga tempat berbagi cerita dan tumbuh," tambahnya.
Ia juga menyinggung dampak Permenpora pada pelatih, dokter, dan fisioterapis yang biasa dibantu KONI. Tanpa dana jelas, masa depan pembinaan olahraga bisa terancam.
Isu Permenpora No.14/2024 terus jadi sorotan. Dukungan untuk evaluasi datang dari berbagai pihak, termasuk tokoh nasional yang peduli nasib atlet Indonesia.
Halaman Selanjutnya
Ia menyebut KONI bukan hanya sekadar lembaga birokratis, melainkan tempat yang memiliki nilai emosional bagi para atlet.