Untuk Generasi Z di Daerah Pedesaan, Tidak Ada Gelar Sarjana Bukanlah Halangan Karier "Stresku adalah memilih opsi, bukan mencari opsi"

Sebagai siswa di Wyoming County, daerah pedesaan di New York barat, Briar Townes mengembangkan bakat seninya yang dia harapkan bisa jadi sumber penghasilan suatu hari nanti. Saat SMA, dia sangat suka kelas menggambar dan melukis tingkat kuliah.

Tapi meskipun dapat kredit kuliah, dia tidak mau lanjut kuliah. Sejak lulus SMA bulan Juni, dia mengelola kamp seni di Dewan Seni setempat. Kalau itu tidak jadi pekerjaan tetap, ada pabrik kue Creative Food Ingredients yang bikin kota ini wangi kue, atau pabrik lain seperti American Classic Outfitters yang membuat seragam olahraga.

“Stresku bukan cari pilihan, tapi milih pilihan,” katanya.

Meski siswa pedesaan lulus SMA lebih banyak dibanding kota, lebih sedikit yang lanjut kuliah. Banyak sekolah di daerah pedesaan, termasuk Perry yang dihadiri Townes, mulai menawarkan kelas kuliah dan mencoba hilangkan hambatan akademik dan finansial. Tapi kuliah tidak terlalu menarik bagi siswa pedesaan karena jaraknya jauh, orang tua kurang pengalaman kuliah, dan ada pandangan politik yang meragukan pentingnya kuliah.

Angka mahasiswa dari pedesaan tetap datar belakangan ini, meski ada upaya rekrutmen kampus. Sekitar 55% lulusan SMA pedesaan di AS tahun 2023 mendaftar kuliah, lebih rendah dibanding lulusan kota (64%) dan pinggiran kota (59%).

Kuliah bisa meningkatkan pendapatan. Pria AS dengan gelar sarjana bisa dapat $900.000 lebih banyak dalam hidupnya dibanding yang cuma lulus SMA. Untuk wanita, bedanya sekitar $630.000.

Di Wyoming County, gelar kuliah bukan syarat untuk dapat kerjaan. Di sini, sapi lebih banyak dari orang. Ada peternakan sapi, kebun kentang, dan produksi gula maple yang jadi sumber pekerjaan.

“Kuliah gak pernah jadi keharusan atau masalah di keluargaku,” kata Townes, anak tengah dari tiga bersaudara yang ayahnya punya studio tato di Perry.

MEMBACA  Ibu yang Mengantar Putrinya untuk Disetubuhi Oknum Kepsek di Sumenep Ditangkap

Di SMA Perry, Kepala Sekolah Daryl McLaughlin bilang sekolah mengikuti keinginan siswa dan keluarga, menawarkan program kerja dan teknis selain kuliah. Dia senang bikin surat rekomendasi untuk kerja atau militer, sama seperti untuk kuliah.

“Kami kasih tau siswa bahwa kampus dan perusahaan bersaing dapatkan mereka. Tugas kami mempersiapkan mereka agar bisa dapat hidup lebih baik,” ujarnya.

Tapi pendaftaran kuliah di distrik ini tetap di atas rata-rata nasional, dari 60% lulusan 2022 jadi 67% di 2024. Sekolah pakai dana bantuan pandemi untuk biayai program kuliah dipercepat kerja sama dengan Genesee Community College. Saat dana habis, sekolah tetap lanjutkan program ini.

Sekitar 15% siswa SMA pedesaan ikut kelas kuliah lewat program dual enrollment pada Januari 2025, sedikit lebih rendah dari siswa kota dan pinggiran kota.

Masalah citra pendidikan tinggi parah di pedesaan AS. Banyak siswa ragu karena biaya kuliah mahal. Orang Amerika semakin skeptis sama nilai kuliah, terutama pendukung Partai Republik yang dominan di pedesaan.

“Kalau terus dengar ‘kuliah buruk, profesor bakal cuci otak’, susah,” kata Andrew Koricich dari Alliance for Research on Regional Colleges. “Padahal lulusan sarjana rata-rata dapat 65% lebih banyak dari lulusan SMA.”

Di pedesaan AS, hanya 21% orang di atas 25 tahun punya gelar sarjana, bandingkan dengan 36% di daerah lain.

Tapi ada guru di pedesaan yang tetap promosikan kuliah. Di Putnam County, Florida, di mana cuma 14% orang dewasa punya gelar sarjana, kepala sekolah Joe Theobold tetap targetkan 100% siswanya daftar kuliah.

“Tujuan kuliah adalah belajar lebih banyak tentang dunia dan dirimu sendiri. Kamu gak mau umur 17 tahun udah nentuin mau ngapain seumur hidup,” katanya.

MEMBACA  Apa arti vonis bersalah Trump untuk pemilihan 2024

Siswa di sekolah magnet ini sering kunjungi kampus lewat program Camp Osprey dari University of North Florida untuk merasakan asrama dan kantin kampus.

Devon Wells, siswa SMA di New York, dibesarkan di pertanian keluarga tapi tidak mau kerja di situ. Dia pertimbangkan jadi tukang las atau pekerja listrik di South Carolina yang gajinya mungkin dua kali lipat dibanding di rumah. Dia bilang tidak perlu kuliah untuk rencananya.

“Aku tumbuh di pertanian, semuanya kerja tangan. Itu yang aku tahu dan mau lakukan,” kata Devon.

Orang tua Devon dan Townes tidak memaksa mereka kuliah atau tidak. “Aku ingat mereka tanya, ‘Mau kuliah gak?’ Aku jawab, ‘Enggak,'” kata Townes. Dia akan dengar tawaran kampus, tapi tidak mau pindah jauh.