Pekerja Pabrik Fukushima di Jepang Dievakuasi Usai Peringatan Tsunami

Getty Images

Pabrik nuklir Fukushima menjadi lokasi bencana tiga kali lipat pada tahun 2011.

Pekerja di pabrik nuklir Fukushima yang bermasalah di Jepang dievakuasi lebih awal pada hari Rabu setelah peringatan tsunami dikeluarkan di seluruh negeri.

Operator pabrik menyatakan bahwa seluruh 4.000 pekerjanya sudah dievakuasi, sambil menambahkan bahwa tidak ada "kelainan" yang terdeteksi.

Ini terjadi setelah gempa besar berkekuatan 8,7 melanda lepas pantai timur jauh Rusia, memicu peringatan tsunami di seluruh Pasifik.

Bagi banyak orang di Prefektur Fukushima, peringatan ini kemungkinan besar akan mengembalikan ingatan akan salah satu bencana nuklir terburuk yang pernah terjadi di dunia.

Pada Maret 2011, Jepang dilanda gempa dahsyat berkekuatan 9,0 diikuti tsunami yang menewaskan lebih dari 18.000 orang.

Tsunami itu membanjiri pabrik, melumpuhkan generator daruratnya dan menyebabkan overheating—hingga terjadi krisis nuklir.

Ratusan ton material berbahaya ekstrem masih tersisa di Fukushima—dan tantangan serta kontroversi di sekitarnya masih sangat nyata bahkan sekarang, lebih dari 14 tahun kemudian.

Apa yang terjadi di lokasi nuklir Fukushima?

Pada 11 Maret 2011 pukul 14:46 waktu setempat (05:46 GMT), gempa—yang dikenal sebagai Gempa Besar Jepang Timur—melanda di timur kota Sendai, hanya 97 km di utara pembangkit listrik.

Bangunan reaktor di Fukushima rusak akibat ledakan hidrogen yang disebabkan gempa dan tsunami. Tsunami juga menghancurkan sistem pendingin reaktor, tiga di antaranya mengalami meltdown.

Pabrik juga mengalami sejumlah ledakan kimia yang merusak parah bangunan, dan memperburuk situasi, material radioaktif mulai bocor ke atmosfer dan Samudra Pasifik.

Pemerintah segera menetapkan zona eksklusi 30 km di sekitar pabrik, mengevakuasi lebih dari 150.000 orang yang diperingatkan untuk tidak kembali karena kekhawatiran radiasi.

MEMBACA  Momen Afrika Selatan Terancam Tertutup Ketidakhadiran Trump?

Bahkan sekarang, sebagian besar area masih terbatas—dengan rumah-rumah terbengkalai, lingkungan kosong, dan toko-toko yang telah pudar sebagai buktinya.

Getty Images

Sebuah rumah terbengkalai terletak di jalan utama di Prefektur Fukushima.

Mengapa begitu sulit membersihkan limbah nuklir?

Total 880 metrik ton material berbahaya—campuran bahan bakar nuklir yang meleleh dan struktur reaktor—masih tersisa di dalam pabrik Fukushima.

Menghilangkan puing-puing ini dari reaktor dianggap sebagai tantangan terbesar dalam proses dekontaminasi pabrik secara aman.

Puluhan ribu pekerja akan dibutuhkan selama 30 hingga 40 tahun ke depan untuk mengangkut limbah nuklir, batang bahan bakar, dan lebih dari satu juta ton air radioaktif yang masih disimpan di lokasi. Biaya pembersihan diperkirakan mencapai 21,5 triliun yen (3109 triliun rupiah).

Awal pekan ini, Tepco menyatakan bahwa pembersihan puing bahan bakar meleleh skala penuh akan ditunda hingga 2037 atau lebih lambat—persiapannya membutuhkan setidaknya 12-15 tahun.

Rencana ini sudah berkali-kali tertunda, dan penundaan terbaru menjadi kemunduran besar bagi rencana pemerintah untuk menyelesaikan dekontaminasi pada 2051.

Tepco tetap yakin bisa mencapainya, tetapi beberapa ahli mempertanyakannya.

"Siapa yang benar-benar percaya 880 ton puing bisa dihilangkan dalam 14 tahun antara 2037 dan 2051? Mempertahankan target tidak realistis tidak baik untuk pemulihan Fukushima," kata Shunji Matsuoka, profesor ekonomi lingkungan di Universitas Waseda, kepada Asahi.

Lalu ada masalah air.

Sejak bencana, operator pembangkit Tokyo Electric Power Company (Tepco) terus memompa air untuk mendinginkan batang bahan bakar reaktor. Artinya, setiap hari pabrik menghasilkan air terkontaminasi, yang disimpan di lebih dari 1.000 tangki—cukup untuk mengisi 500 kolam renang Olimpiade.

Namun, Jepang membutuhkan lahan yang ditempati tangki untuk membangun fasilitas baru guna dekontaminasi aman. Pada 2023, mereka mulai melepas sebagian air olahan itu ke laut.

MEMBACA  Bagnaia Juara MotoGP Jepang 2024 Bersaing dengan Martin, Marquez di Podium

Rencana ini menuai kritik dan kontroversi besar, meski regulator atom PBB mengatakan dampaknya "sangat kecil" bagi manusia dan lingkungan.

Apakah Jepang kembali ke energi nuklir?

Setelah bencana Fukushima, Jepang semula mulai meninggalkan energi nuklir—tetapi pemerintah perlahan membalikkan kebijakan ini.

Awal tahun ini, Jepang menyatakan perlu mengandalkan nuklir untuk memenuhi permintaan sektor seperti AI dan semikonduktor, dengan rencana energi yang menyerukan "memaksimalkan" energi nuklir.

Pekan ini, perusahaan listrik Kansai Electric Power mengatakan akan mempertimbangkan pembangunan reaktor baru—proyek yang sempat ditangguhkan pasc