KAMPALA, Uganda (AP) — Tokoh oposisi Bobi Wine menyatakan iklim politik di Uganda "semakin memburuk" jelang pemilu presiden awal tahun depan, mengutip ancaman terhadap dirinya dan aktivis lain yang bergerak melawan presiden yang telah lama berkuasa.
Wine, seorang musisi yang beralih jadi anggota parlemen dengan nama asli Kyagulanyi Ssentamu, mengatakan ancaman yang ia hadapi sebagai lawan utama Presiden Yoweri Museveni disampaikan "tanpa basa-basi."
Kekhawatiran akan keselamatan Wine meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dipicu serangan reguler di X oleh putra Museveni dan calon penerusnya, panglima militer Muhoozi Kainerugaba. Pada Januari, Kainerugaba menulis bahwa ia "akan memenggal kepala" Wine jika presiden mengizinkannya, dan pada Mei ia menuai kecaman karena mengaku menahan pengawal Wine yang hilang "di ruang bawah tanahku." Pengawal itu kemudian muncul di pengadilan dalam kondisi tak bisa berjalan tanpa bantuan, korban yang diduga disiksa.
"Ancaman ini nyata karena ia bukan orang biasa," kata Wine tentang Jend. Kainerugaba. "Ia bukan hanya anak orang nomor satu di negeri ini, tapi juga orang yang mengendalikan semua alat kekerasan. Ia mengepalai militer, polisi, penjara. Ia di atas hukum dan bertindak seperti itu."
Wine, 43, berbicara kepada The Associated Press dalam wawancara eksklusif di markas partainya, National Unity Platform, di ibu kota Uganda, Kampala—lokasi yang pernah diduduki pasukan keamanan dalam sebuah penggerebekan bulan lalu.
Museveni, 80, yang berkuasa sejak 1986, menyebut Wine sebagai agen kepentingan asing dan meragukan nasionalismenya. Namun Wine, yang membantah tuduhan itu, punya banyak pendukung di kalangan pekerja perkotaan, dan partainya meraih kursi terbanyak di parlemen di antara partai oposisi.
Pada pemilu 2021, Wine meraih 35% suara, sementara Museveni dengan 58% mencetak hasil terburuknya, menjadikan Wine penantang terkuat presiden dalam beberapa dekade. Wine menuduh kemenangannya dicuri lewat kecurangan pemilu, tapi otoritas pemilu membantahnya.
Partai Wine mengklaim puluhan pendukungnya dipenjara atau hilang sejak 2021. Menurut Wine, serangan ini dimaksudkan untuk "menebar ketakutan pada semua yang bekerja sama dengan saya dan memperjuangkan apa yang saya perjuangkan."
Wine dan Museveni akan kembali berhadapan dalam pemilu Januari 2026.
Belakangan, Museveni berkampanye di Kampala untuk memikat pemilih yang mungkin mendukung Wine: warga kota yang seringkali hidup tanpa penghasilan tetap dan berharap perubahan pemerintahan akan membantu mereka.
Wine menyebut dirinya "presiden gang", merujuk masa lalunya di lingkungan miskin Kampala. Ia terkenal sejak awal 2000-an sebagai penyanyi musik dancehall yang kritis terhadap pemerintah, berbeda dengan rekan-rekannya yang dianggap pro-penguasa.
Terpilihnya Wine jadi anggota parlemen pada 2017 menandai masuknya ia ke politik nasional.
Wine mengatakan kepada AP bahwa ia menggerakan pendukungnya untuk memberikan "suara protes" terhadap segala kesalahan pemerintah. Namun upayanya menggelar rally sering dihalangi aparat keamanan dengan dalih menjaga ketertiban.
Kainerugaba, sang panglima, baru-baru ini mengatakan pengawal pemerintah akan melindungi semua calon presiden—peringatan untuk Wine dan lainya agar tidak memilih pengamanan swasta. Ambisi Kainerugaba jadi presiden memperkuat kekhawatiran akan pemerintahan dinasti di negara yang belum pernah mengalami peralihan kekuasaan damai sejak merdeka tahun 1962.
"Ini bicara soal penguasaan negara, impunitas, dan kekuasaan keluarga," kata Wine tentang ancaman Kainerugaba.
Namun, ia mengaku perlawanannya justru menguat di tengah tekanan.
"Tekad kami semakin kokoh," ujarnya.
___ Berita lebih lanjut dari AP Afrika: https://apnews.com/hub/africa