Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa cadangan devisa Indonesia mencapai US$144 miliar pada akhir Februari 2024, mengalami penurunan dibandingkan dengan US$145,1 miliar yang tercatat pada akhir Januari 2024. “Penurunan posisi cadangan devisa sebagian dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta pada hari Kamis. Haryono menyatakan bahwa posisi cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor beserta pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. BI menilai bahwa cadangan devisa mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas sistem ekonomi dan keuangan. Ke depan, BI memandang bahwa cadangan devisa akan tetap mencukupi, didukung oleh stabilitas ekonomi yang terjaga dan prospek yang baik, sejalan dengan sinergi respons kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral Indonesia dan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Terkait berita: BI meraih penghargaan sebagai lembaga pengelolaan forex terbaik di Asia Tenggara. Sebelumnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut pada Januari 2024 sebesar US$2,02 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Desember 2023 sebesar US$3,29 miliar. Kelanjutan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 didominasi oleh surplus neraca perdagangan non-migas. Neraca perdagangan non-migas pada Januari 2024 mencatat surplus sebesar US$3,32 miliar, sejalan dengan terus meningkatnya ekspor non-migas yang mencapai US$19,13 miliar. Kinerja positif ekspor non-migas didukung oleh ekspor yang kuat dari lemak dan minyak nabati, besi dan baja, serta alas kaki.