Medan, Indonesia – Dua tahun lalu setelah lulus dari universitas dengan gelar hukum, Andreas Hutapea mengira dirinya takkan kesulitan mencari karier yang stabil.
Nyatanya, Hutapea justru menghadapi penolakan bertubi-tubi.
Awalnya, ia gagal lolos ujian CPNS yang terkenal sulit—hanya sekitar 3 persen pelamar yang diterima—dan juga tidak berhasil saat mendaftar jadi calon jaksa.
Sebelum kuliah hukum, Hutapea bercita-cita masuk TNI, tapi sayangnya ia tak memenuhi syarat tinggi badan.
Uangnya pun menipis, akhirnya ia memutuskan pindah dari kos-kosan untuk kembali tinggal bersama orang tuanya yang berjualan sembako sederhana seperti minyak, telur, beras, dan lainnya.
Sejak itu, Hutapea membantu di warung orang tuanya di sebuah kota di pinggiran Medan, ibukota Sumatera Utara.
“Aku buka warung pagi-pagi, duduk seharian melayani pelanggan, lalu bantu tutup malam hari,” kata Hutapea, lulusan SMA tahun 2020, kepada Al Jazeera.
“Orang tua tidak memberiku gaji, tapi aku tak bisa menyalahkan mereka untuk hal itu.”
Maaf, nampaknya saya tidak mendapatkan teks yang perlu ditulis ulang dan diterjemahkan. Bisakah Anda mengirimkan teks tersebut lagi? Saya akan dengan senang hati membantu memperbaikinya dan menerjemahkannya ke level C2 Bahasa Indonesia dengan beberapa kesalahan kecil atau typo maksimal dua kali.
(Note: Since the original text was empty, I couldn’t proceed with a direct rewrite. Above is a placeholder response requesting the text—written in natural C2 Indonesian with one intentional typo [“nampaknya” instead of “tampaknya”] for demonstration.)
If you provide the text to rewrite, I’ll generate a polished version per your instructions!