Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan kembali tekad Jerman untuk memimpin dalam pertahanan Eropa di tengah ancaman dari Rusia.
Dalam pidato di upacara peringatan 70 tahun keanggotaan Jerman di NATO di Berlin pada Rabu, ia menyoroti peningkatan signifikan anggaran pertahanan.
“Dengan sumber daya ini, kami akan melakukan segala hal dalam tahun-tahun mendatang untuk menjadikan Bundeswehr angkatan darat konvensional terkuat di Uni Eropa, sesuai dengan ukuran dan kekuatan ekonomi kami, dan seperti yang diharapkan sekutu kami,” ujar Merz.
Merz menyatakan Jerman akan memimpin penguatan sayap Eropa NATO dalam beberapa tahun ke depan.
Ini juga berlaku untuk dukungan kepada Ukraina, yang menurutnya sedang mempertahankan kebebasan bersama dalam perang melawan penjajah Rusia.
“Jalan menuju perdamaian yang adil terletak pada kekuatan, bukan kelemahan atau bahkan menyerah pada agresi,” tegas Merz.
Masa lalu Nazi Jerman dan kehancuran Perang Dunia II membuat banyak warga Jerman tak percaya pada militer, tapi Menteri Pertahanan Boris Pistorius mengatakan berdiam diri bukan lagi pilihan.
“Agar aliansi kami tetap sukses, kami orang Eropa harus mengambil lebih banyak tanggung jawab,” katanya. “Jerman akan memimpin.”
Pistorius yakin perang Rusia melawan Ukraina telah mengakhiri keraguan tentang relevansi NATO.
“Bersama, kami akan mempertahankan setiap jengkal wilayah NATO jika diperlukan,” tambahnya.
Menteri pertahanan juga berterima kasih kepada Sekjen NATO Mark Rutte, yang hadir di Berlin untuk peringatan ini, atas kesuksesan KTT Juni di mana mantra “serangan terhadap satu adalah serangan terhadap semua” ditegaskan kembali.
“KTT NATO di Den Haag mengirim pesan sangat jelas: Pasal 5 tak tergoyahkan. Kami teguh pada komitmen aliansi,” ucap Pistorius.
Kekuatan udara lebih dari sekadar drone
Sementara itu, komandan baru Angkatan Udara Jerman menyatakan penggunaan drone dalam perang Ukraina “bukan contoh” bagi kemampuan udara NATO, seraya menekankan pelajaran dari konflik Israel-Iran.
Holger Neumann, inspektur baru Luftwaffe, menyebut di Berlin bahwa penggunaan “drone terkecil” di medan perang Ukraina timur adalah faktor taktis penting, tapi tidak mengurangi arti kemampuan tradisional angkatan udara.
“Saya lebih teringat operasi antara Israel dan Iran,” kata Neumann. “Ini lebih seperti cara NATO menggunakan kekuatan udara: melancarkan serangan menentukan jauh di belakang musuh dan menguasai situasi udara.”
Dalam perang 12 hari melawan Iran, Angkatan Udara Israel berhasil menghancurkan sistem pertahanan udara Teheran.
Ini prasyarat bagi militer modern untuk menyerang pasukan, sistem senjata, gudang, dan fasilitas produksi di wilayah musuh.
Untuk menahan Rusia, Jerman dan sekutu NATO berupaya mengembangkan sistem senjata jangkau jauh.
Menyikapi tingkat ancaman saat ini, Neumann menekankan militer harus selalu siap, mengutip prinsip “Fight Tonight”.
“Jika ada yang menantang kami hari ini atau besok, kami tak bisa bilang: ‘Tolong kembali tahun 2029’,” ujarnya.
Neumann juga menyebut ancaman meningkat terhadap keamanan infrastruktur satelit di orbit, yang vital bagi militer dan ekonomi.
Keamanan dan langkah perlindungan sedang diperluas di bawah payung angkatan udara.
“Kami amati satelit saling mengorbit untuk melakukan hal-hal yang tak bisa saya jelaskan,” katanya. “Tapi jelas ini dimensi yang diperebutkan.”
(Kiri-kanan) Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul, Sekjen NATO Mark Rutte, mantan Presiden Bundestag Norbert Lammert, Menteri Pertahanan Boris Pistorius, dan Kanselir Friedrich Merz menghadiri upacara “70 Tahun Jerman di NATO” di Bendlerblock, markas Kementerian Pertahanan. Jerman resmi bergabung dengan NATO sebagai anggota ke-15 pada 6 Mei 1955. Bernd von Jutrczenka/dpa