Starbucks Tingkatkan Proses Rekrutmen untuk Mencari Barista Terbaik

Calon barista Starbucks sekarang harus melewati tahap wawancara tambahan untuk dapat kerja sebagai bagian dari program rekrutmen baru oleh CEO Brian Niccol.

Sejak awal Juni, pelamar eksternal harus di-screening oleh manajer distrik selain manajer toko tempat mereka melamar, menurut sumber yang tahu masalah ini tapi tidak boleh bicara publik. Biasanya, manajer distrik mengawasi sekitar 10 toko dan sebelumnya tidak terlibat dalam proses rekrutmen di tingkat toko.

Starbucks menambah staf karena Niccol ingin meningkatkan penjualan dengan mempercepat layanan. Ini berbeza dari tahun lalu saat perusahaan mengurangi rata-rata jumlah pekerja di toko. Starbucks bilang hampir semua lebih dari 10.000 tokonya di AS akan dapat tambahan pekerja sebelum akhir September.

Starbucks tidak mau berkomentar diluar apa yang sudah dijelaskan eksekutif tentang rencana rekrutmen.

COO Mike Grams bilang ke manajer toko di acara di Las Vegas bulan ini bahwa “semua orang ingin kerja di Starbucks, tapi hanya yang terbaik bisa jadi ‘partner’,” istilah Starbucks untuk karyawannya.

Di sistem baru, manajer distrik bisa lakukan wawancara online atau tunjuk wakil agar proses rekrutmen tidak tertunda, kata salah satu sumber.

Niccol, yang direkrut tahun lalu untuk atasi penurunan penjualan, bilang Starbucks kesulitan karena pengambilan keputusan terlalu jauh dari operasional toko. Perusahaan ingin bangun bakat agar dalam 3 tahun, 90% peran kepemimpinan — termasuk manajer toko dan distrik — diisi dari promosi internal.

Di acara Las Vegas, Starbucks juga berjanji untuk tunjuk setidaknya satu asisten manajer di kebanyakan tokonya di AS agar manajer toko bisa lebih fokus pada tugas seperti rekrutmen dan jadwal.

Barista sudah lama mengeluh tentang kurangnya staf, dan tenaga kerja jadi salah satu tuntutan utama serikat yang mewakili 5% toko Starbucks di AS. Starbucks bilang di Desember mereka fokus tingkatkan pengalaman pekerja dan gaji per jam mereka kompetitif di atas $18.

MEMBACA  Hari Perdagangan: Pasar 'Ketakutan' Lagi