Ratusan Keluarga Mengungsi Akibat Serangan Udara Israel di Gaza, Kata Saksi

Israel melancarkan serangkaian serangan udara di seluruh Jalur Gaza, memicu pengungsian massal ratusan keluarga Palestina, menurut kesaksian warga.

Tim penyelamat menemukan jenazah lima orang, sementara puluhan warga sipil terluka dievakuasi ke Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza, berdasarkan laporan lokal.

Pemboman ini menyusul salah satu perintah evakuasi terbesar sejak perang berlanjut pada Maret lalu.

Ini terjadi di tengah tekanan yang semakin besar pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk fokus kembali pada upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Warga di Kota Gaza menyebut puluhan serangan udara Israel menargetkan kawasan timur yang padat penduduk, termasuk Shujaiya, Tuffah, dan Zeitoun.

Video yang diunggah aktivis di media sosial menangkap adegan kacau dan ledakan yang menerangi langit malam, diikuti kobaran api dan kepulan asap tebal di atas cakrawala.

Salah satu serangan dilaporkan menghantam sebuah sekolah di Zeitoun yang menampung keluarga-keluarga pengungsi.

Kelima korban tewas dilaporkan terjadi dalam serangan di kamp Al Shati, di barat Kota Gaza.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebelumnya memerintahkan warga untuk meninggalkan sebagian besar wilayah utara Gaza, sebagai antisipasi serangan. Kebanyakan pengungsi bergerak ke barat dalam Kota Gaza alih-alih ke selatan seperti petunjuk IDF.

“Kami tak punya pilihan selain meninggalkan segalanya,” kata Abeer Talba, ibu tujuh anak yang mengungsi dari Zeitoun bersama keluarganya.

“Kami mendapat rekaman telepon dalam bahasa Arab yang memperingatkan kami berada di zona pertempuran dan harus segera mengungsi.

“Ini ketujuh kalinya kami terpaksa lari,” imbuhnya. “Kami kembali di jalanan, tanpa makanan, tanpa air. Anak-anakku kelaparan. Kematian terasa lebih baik daripada ini.”

Di tengah krisis kemanusiaan yang makin parah, kekhawatiran muncul bahwa perintah evakuasi dan serangan udara terus-menerus adalah bagian dari rencana Israel untuk memperluas ofensif darat lebih dalam ke Gaza.

MEMBACA  Partai kiri jauh Jerman memilih kandidat utama untuk pemilihan yang diharapkan

Namun, media Israel juga berspekulasi bahwa sejumlah jenderal hampir menyimpulkan operasi militer di Gaza hampir mencapai tujuannya.

Ini juga pandangan banyak mantan pimpinan militer yang khawatir kampanye Gaza akan berubah jadi perang gerilya yang menguras, menyebabkan lebih banyak korban—sandera, warga sipil, dan tentara.

Langkah berikutnya Netanyahu jadi sorotan. Meski nalurinya selalu untuk lanjutkan perang dan kalahkan Hamas, dia menghadapi tekanan domestik dan internasional yang makin besar untuk mengejar gencatan senjata baru.