Cara Menakjubkan ThredUp Menggunakan AI untuk Memilah 80.000 Barang Baru Setiap Hari

Bloomberg / Getty Images

Tidak peduli apakah Anda berada di perusahaan digital-native atau organisasi yang lebih tradisional — kecerdasan buatan akan mengubah cara kerja dan bisnis Anda. Bahkan perusahaan digital pun masih berusaha memahami dampak dari AI dan generative AI.

Belakangan ini, salah satu perusahaan digital-native telah beralih ke generative AI untuk mengurangi beban operasional terkait pengelolaan transaksi. ThredUp, salah satu platform online terbesar dunia untuk penjualan kembali pakaian, sepatu, dan aksesoris, merupakan impian e-commerce para pendirinya sejak peluncuran tahun 2009. Awalnya, platform ini menggunakan algoritma analitik dasar untuk mengelola 70.000 hingga 80.000 barang yang kini masuk setiap harinya.

Baca juga: Amazon Prime Day 8-11 Juli: Ini yang perlu Anda tahu

"Ketika mencapai skala tertentu, beberapa hal tidak bisa dikelola secara manual," ujar Dan DeMeyere, Chief Product and Technology Officer ThredUp. "Sistem berbasis aturan dan algoritma sederhana memiliki batasan."

Tantangannya bukan hanya volume barang, tapi juga banyaknya gambar yang diarsipkan dan ditampilkan ke pelanggan. Dalam konferensi Databricks baru-baru ini, DeMeyere menyatakan, "Kami memproses lebih dari 100 juta SKU unik, sehingga banyak proses pembelajaran dilakukan. Kami sudah menggunakan machine learning sejak 2015. Sekarang, generative AI telah berjalan selama 20 bulan."

Bagaimana Gen AI Membantu ThredUp Tingkatkan Dua Aspek Bisnis

Pertama, teknologi ini memudahkan pelanggan menemukan produk tanpa kebingungan. "18 bulan lalu, kami memperbarui mesin pencari dengan dukungan AI untuk memungkinkan pencarian visual," kata DeMeyere. "Dulu, mencari ‘Madewell Jeans’ akan menampilkan 50.000 hasil—tidak terlalu membantu. Sekarang, model AI membantu interpretasi gambar produk. Anda bisa cari ‘sweter Natal jelek’ dan dapat hasil relevan, meski kata ‘jelek’ atau ‘Natal’ tak ada di database."

MEMBACA  Kamera Mini Kyu Hanya Merekam Video 9 Detik

Operasionalnya, ThredUp memanfaatkan gen AI untuk mengategorikan merek, ukuran, dan jenis pakaian. "Beberapa model generative AI sangat baik dalam deteksi kategori bahkan potongan gaya," jelasnya.

Dengan AI, ThredUp kini beroperasi lebih ringan dan lincah. "Dulu, tim proyek terdiri dari berbagai disiplin—ilmuwan data, insinyur data, hingga mobile engineer. Sekarang, berkat AI, tim hanya butuh empat orang."

Mencari Kombinasi Talenta yang Berbeda

Ini bukan soal mengurangi perekrutan, tetapi mencari talenta dengan kemampuan berbeda. "Tak perlu ahli semua bidang, tapi harus punya rasa ingin tahu dan fleksibel. Dulu, kita perlu merencanakan sumber daya secara detail dengan Gantt chart. Sekarang tidak lagi."

DeMeyere menekankan, yang dicari bukan keahlian teknis sempit, melainkan growth mindset terkait AI. "Kami cari orang berpengalaman dan penasaran. Mereka yang cocok di sini."

Baca juga: ChatGPT Jadi Personal Shopper Anda—Begini Cara Kerjanya

Dengan AI yang menyatukan data perusahaan, spesialisasi mungkin tak lagi wajib. Meski keahlian data science tetap dibutuhkan, para ahli tetap perlu pahami kekuatan AI. "Kami ingin manajer produk membuat prototipe dengan bantuan AI—tidak manual. Begitu pula insinyur yang bisa mengembangkan prototipe lebih cepat."

Ingin cerita AI lainnya? Daftar buletin Innovation mingguan kami.