Buka Editor’s Digest gratis
Roula Khalaf, Editor FT, memilih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.
Jumlah proyek investasi asing langsung (FDI) di Inggris turun ke tingkat terendah sejak pencatatan dimulai 18 tahun lalu. Ini menunjukkan tantangan bagi pemerintah untuk bangkitkan minat investor asing dan dorong pertumbuhan.
Menurut data dari Departemen Bisnis dan Perdagangan, tahun fiskal hingga Maret ini hanya ada 1.375 proyek FDI di Inggris.
Angka itu turun 12% dari taun sebelumnya dan paling rendah sejak 2007-08.
Ahli menyebut biaya energi tinggi dan ketidakpastian geopolitik sebagai penyebab utama penurunan.
Nigel Driffield, profesor bisnis internasional di Warwick Business School, bilang penurunan FDI adalah “tanda buruk buat Inggris”. Dia tambahin, “harga energi mahal dan ketidakpastian global melemahkan arus FDI”.
Dia juga bilang strategi industri baru penting, meski kerja sama dengan EU terlambat untuuk perbaiki angka ini.
Investasi asing penting buat produktivitas dan standar hidup, tapi proyek baru turun hampir 40% dari puncak 2.265 di taun 2016-17.
Strategi industri Partai Buruh berfokus pada turunkan harga listrik untuuk pabrik dan dukung industri manufaktur canggih serta energi bersih.
Pemerintah tidak rilis nilai proyek FDI baru, tetapi perkirakan lapangan kerja dari FDI turun 3% jadi 69.355 di taun fiskal 2024-25.
Ini angka terendah sejak 2020-21, saat pembatasan Covid-19 ketat diberlakukan.
Andrew Wishart, ekonom di Berenberg, bilang penurunan FDI “akan mengecewakan pemerintah” karena target menarik lebih banyak modal asing.
Dia sebut ada “ketegangan” antara target pertumbuhan Partai Buruh dan kenaikan biaya untuk perusahaan, seperti kenaikan iuran asuransi nasional.
Menurut survei EY, negara Eropa lain juga kesulitan tarik investasi karena pertumbuhan lemah, gejolak geopolitik, dan harga energi tinggi.
Data DBT tunjukkan London dapat 31% proyek FDI baru di Inggris, meski turun 15%. Sementara Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara naik.
Tapi penurunan terjadi di berbagai sektor dan negara asal. AS, investor terbesar, turunkan proyek FDI sebesar 13%.
IT dan jasa keuangan, dua sektor FDI terbesar, masing-masing turun 2.3% dan 5%. Sektor sains hayati dan farmasi juga menurun.
Joe Marshall dari National Centre for Universities and Business bilang, “Data ini sangat mengkhawatirkan untuk sektor bernilai tinggi dan strategis.”