Minimal delapan orang tewas dan 400 luka dalam protes nasional di Kenya menentang pemerintahan Presiden William Ruto, menurut dokter dan kelompok HAM.
Polisi bentrok dengan demonstran yang berarak ribuan—ada yg meneriakkan “Ruto harus pergi” sambil mengibarkan ranting sebagai lambang perlawanan damai.
Pemerintah melarang siaran langsung TV dan radio tentang demo, tapi keputusan itu dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi di Nairobi.
Ruto mendesak massa tidak mengancam keamanan saat mereka coba mendekati kediaman resminya, namun dipukul mundur polisi.
“Protes jangan sampai hancurkan perdamaian. Kita tak punya negara lain utk dituju. Tanggung jawab kita jaga Kenya tetap aman,” katanya.
Pidato itu disampaikan di acara pemakaman di Kilifi, sementara kediamannya dikepung pemuda yg ancam bakal menyerbu.
Polisi pasang barikade dan kawat berduri di jalan utama—khususnya yg mengarah ke parlemen dan istana.
Protes digelar persis setahun setelah massa bakar sebagian gedung parlemen. Tahun lalu, 60 orang tewas dalam gelomban protes serupa.
Otoritas belum rilis korban, tapi asosiasi dokter, pengacara, dan polisi sebut 8 tewas, 400 luka—83 butuh perawatan intensif, 8 terkena tembakan.
Amina Mude bilang ke BBC, ia demo “untuk masa depan anak-anakku.”
“Negara ini salah arah, terutama di pendidikan. Sudah waktunya pemimpin dengar suara rakyat,” ujarnya.
Video tunjukkan gas air mata menyebar di antara gedung-gedung Nairobi, bikin demonstran berlindung sambil batuk dan tutup mata.
Di pusat kota, massa lewati toko-toko tutup dan jalanan sepi. Pagar parlemen dipenuhi karangan bunga dan pesan duka dari keluarga korban.
Seorang perempuan dengan bendera Kenya pegang poster bertuliskan nama-nama korban tewas tahun lalu saat protes dibubarkan.
Berita Kenya lainnya dari BBC:
[Getty Images/BBC]
Kunjungi BBCAfrica.com untuk berita terbaru dari Afrika.
Ikuti kami di Twitter @BBCAfrica, Facebook BBC Africa, atau Instagram bbcafrica.
Podcast BBC Africa