Thomas Mackintosh
BBC News
Global Images Ukraine via Getty Images
Seorang prajurit Ukraina melihat melalui teropong senapan tak lama setelah serangan ke Kursk.
Panglima tertinggi militer Ukraina menyatakan pasukannya masih mempertahankan wilayah kecil di dalam Rusia yang direbut hampir setahun lalu.
Pada Agustus 2024, Ukraina melancarkan serangan mendadak ke wilayah Kursk, menguasai lebih dari 1.000 km² (386 mil²) tanah Rusia.
Panglima Ukraina, Oleksandr Syrsky, menyebut 10.000 pasukan Rusia berusaha mendesak mundur pasukannya.
Meski Rusia berkali-kali klaim telah merebut kembali seluruh wilayah, Syrsky mengatakan pada Minggu bahwa Ukraina masih menguasai sekitar 90 km² (56 mil²) di Kursk.
Dalam jumpa pers Minggu itu, Syrsky berjanji akan meningkatkan "skala dan kedalaman" serangan ke Rusia.
"Tentunya kami akan lanjutkan," ujarnya.
"Kami tidak memerangi penduduk, tapi menghancurkan target militer murni."
Ukraina merebut puluhan desa di Kursk tak lama setelah serangan dimulai pada 6 Agustus 2024.
Presiden Volodymyr Zelensky menyebut operasi Kursk menciptakan zona penyangga yang menghalangi pasukan Rusia dikerahkan di titik-titik penting di front timur Ukraina.
Namun, kemajuan Kyiv terhenti setelah Rusia mendatangkan bala bantuan—termasuk ribuan tentara dari sekutunya, Korea Utara.
Bulan-bulan terakhir, pasukan Ukraina terus mundur di Kursk setelah menghadapi 70.000 tentara Rusia dan serangan drone berat dalam upaya Moskow merebut kembali wilayah itu.
Musim gugur lalu, Korea Utara mengirim sekitar 11.000 tentara ke Kursk untuk mengusir serangan lintas batas Ukraina.
Pejabat Barat memberi tahu BBC pada Januari bahwa setidaknya 1.000 tentara Korea Utara di Rusia tewas dalam tiga bulan saja.
Awal bulan ini, pemerintah Pyongyang berjanji mengirim ribuan pasukan pembersih ranjau dan pekerja bangunan ke Kursk untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak.