Serangan Rudal dan Drone Rusia Tewaskan 14 Orang di Kyiv
Gelombang serangan rudal dan drone Rusia telah menewaskan setidaknya 14 orang dan melukai 44 lainnya di Kyiv, menurut pejabat Ukraina.
Serangan udara besar-besaran yang terjadi semalam hingga Selasa menargetkan 27 lokasi di ibu kota Ukraina, merusak bangunan perumahan dan infrastruktur vital, kata Menteri Dalam Negeri Ihor Klymenko.
Pejabat Ukraina segera meminta perhatian internasional terkait serangan ini, sementara Kyiv terus mendorong upaya diplomatik untuk meningkatkan tekanan pada Moskow agar setuju pada gencatan senjata.
"Hari ini, musuh tidak segan menggunakan drone maupun rudal," ujar Klymenko, menyebut serangan ini sebagai salah satu yang terbesar sejak Rusia melancarkan invasi penuh pada Februari 2022.
Tiga puluh apartemen hancur di satu blok perumahan, dan layanan darurat masih mencari korban selamat di antara puing-puing, tambahnya.
Menurut Wali Kota Vitali Klitschko, korban luka-luka terjadi di distrik Sviatoshynskyi dan Solomianskyi, sementara kebakaran terjadi di dua wilayah lain di kota itu.
‘Ketidaksopanan Total’
Klitschko juga menyebut seorang warga AS tewas akibat luka serpihan.
Serangan Rusia yang berlangsung sepanjang malam terjadi saat para pemimpin dunia berkumpul di Kanada untuk KTT Kelompok Tujuh (G7). Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dijadwalkan hadir dalam pertemuan itu pada Selasa.
Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha menyatakan bahwa serangan "massif dan brutal" terhadap Kyiv sengaja dilakukan saat KTT G7, menganggapnya sebagai penghinaan terhadap Presiden AS Donald Trump.
"Putin melakukan ini dengan sengaja, tepat saat KTT G7. Dia mengirim sinyal ketidaksopanan total kepada AS dan sekutu yang menyerukan penghentian pembunuhan," tulisnya di media sosial.
Zelenskyy berusaha membujuk Trump untuk memperpanjang dukungan ke Ukraina dan meningkatkan tekanan pada Putin agar setuju pada gencatan senjata. Sybiha menilai Putin ingin membuat para pemimpin G7 "terlihat lemah".
"Hanya langkah tegas dan tekanan nyata pada Moskow yang bisa membuktikannya salah," tambah diplomat itu.
Zelenskyy menyebut serangan semalam sebagai "salah satu serangan paling mengerikan" yang dilakukan Moskow dan menyatakan Putin "melakukan ini hanya karena ia masih bisa melanjutkan perang".
Kemajuan Minim
Didorong oleh Trump, Rusia dan Ukraina telah menggelar dua putaran perundingan langsung soal gencatan senjata, tapi hanya sedikit kemajuan kecuali pertukaran tahanan dan pengembalian jenazah.
Sementara itu, Rusia meningkatkan pemboman sejak operasi berani Ukraina di wilayah Rusia pada 1 Juni menghancurkan sebagian besar armada pembom berat Moskow.
Dalam serangan terakhir, Rusia menggunakan 175 drone dan lebih dari 14 rudal jelajah, menurut otoritas Kyiv. Pejabat Odesa melaporkan 13 orang terluka dalam serangan lanjutan di kota pelabuhan Laut Hitam itu.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan unit pertahanan udaranya telah mencegat dan menghancurkan 147 drone Ukraina di wilayahnya.
Saat Ukraina mendesak dukungan Barat untuk pertahanan udara, Rusia diduga memperoleh senjata dari Tiongkok, Iran, dan Korea Utara.
Mencerminkan hubungan Moskow-Pyongyang yang kian erat, penasihat keamanan utama Putin, Sergei Shoigu, dilaporkan tiba di Korea Utara untuk bertemu Kim Jong Un.
Korea Utara diduga memasok misil balistik, roket antitank, dan jutaan amunisi ke Rusia, sementara ribuan tentaranya dilaporkan tewas dalam operasi mengusir pasukan Ukraina dari wilayah perbatasan Rusia, Kursk.
Ini kunjungan kedua Shoigu ke Korea Utara dalam dua pekan terakhir, menandakan aliansi kedua negara semakin dalam. Kim dan Putin menandatangani perjanjian kemitraan strategis tahun lalu, termasuk pakta pertahanan bersama.