Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia meningkatkan perang melawan narkoba dengan memperketat pengawasan di 10 wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Budi Gunawan.
Wilayah tersebut diprioritaskan karena sering jadi jalur perdagangan narkoba lintas negara, ungkapnya di Kota Batam, Kepulauan Riau, Kamis.
Daerah itu meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan seluruh pesisir barat Sulawesi, jelas menteri.
Mayoritas kasus penyelundupan narkoba di Indonesia terjadi di wilayah-wilayah itu, tambahnya.
Dengan pengawasan lebih ketat, Indonesia bisa mengidentifikasi dan menggagalkan operasi narkoba internasional lebih awal, katanya.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama dengan Interpol untuk menangani pelaku kejahatan narkoba lintas negara.
Pada 22 Mei 2025, aparat hukum menyita dua ton sabu-sabu dari kapal Sea Dragon Terawa yang berlayar dari Laut Andaman ke Kepulauan Riau.
Narkoba itu disembunyikan dalam 67 kardus dengan kemasan khas yang biasa dipakai penyelundup dari Segitiga Emas, ujar Gunawan.
Indonesia masih dianggap pasar potensial oleh sindikat narkoba karena jumlah penduduk besar dan jutaan pengguna. Nilai perdagangan narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai Rp66 triliun (sekitar US$4,3 miliar).
Akibatnya, kecanduan narkoba jadi ancaman serius bagi jutaan warga.
Survei BNN dan LIPI mencatat ada 3,4 juta pengguna narkoba di Indonesia.
Sekitar 180 dari setiap 10 ribu orang Indonesia usia 15-64 tahun menjadi korban kecanduan narkoba.
Berita terkait: Two tons of meth seized in biggest drug haul in country
Berita terkait: BNN leads in strengthening drug prevention, eradication efforts
Penerjemah: Rahmad Nasution
Editor: Arie Novarina
Hak Cipta © ANTARA 2025