SAN DIEGO — Dalam pertemuan tahunan FinOps X, FinOps Foundation meluncurkan program “FinOps Certified: FinOps for AI”. Program pelatihan dan sertifikasi baru ini dirancang untuk membekali praktisi FinOps dengan keterampilan mengelola dan mengoptimalkan biaya terkait kecerdasan buatan (AI) di lingkungan cloud, yang terus meningkat pesat.
Keterampilan ini penting sekarang, dan akan semakin krusial. Saat ini, mungkin Anda hanya membayar $20 per bulan untuk layanan AI, tetapi harga diprediksi akan naik 10 kali lipat dalam waktu dekat. Mengapa? Seperti diakui CEO OpenAI Sam Altman, mereka saat ini rugi dari langganan ChatGPT Pro—yang harganya $200 per bulan. Harga AI saat ini adalah harga promosi, dan situasi ini tidak bisa bertahan lama.
Dan ini baru biaya untuk individu atau bisnis kecil. Untuk perusahaan besar, biaya adopsi AI jauh lebih besar. Banyak perusahaan kini beralih ke FinOps untuk membantu mengelola pengeluaran ini.
FinOps—gabungan dari Finance dan DevOps—adalah disiplin yang menggabungkan manajemen keuangan dengan operasi IT yang kolaboratif dan lincah. Awalnya, FinOps digunakan untuk mengendalikan biaya cloud. Tugas utamanya adalah mengoptimalkan pengeluaran cloud dan menyelaraskannya dengan tujuan bisnis. Menurut Laporan Flexera 2025, 27% pengeluaran cloud terbuang untuk sumber daya yang tidak terpakai, kurang dimanfaatkan, atau terlupakan.
Kini, FinOps juga mulai mengelola biaya AI. 63% praktisi FinOps sudah diminta mengendalikan biaya AI, dan angka ini akan terus naik seiring lonjakan inovasi AI. Salah kelola biaya AI bukan hanya merugikan bisnis, tapi juga menghambat inovasi.
"Tim FinOps diminta mengelola percepatan pengeluaran AI—mulai dari alokasi biaya, prediksi pertumbuhan, hingga membuktikan nilainya bagi bisnis," kata J.R. Storment, Direktur Eksekutif FinOps Foundation. "Tapi kecepatan dan kompleksitas data membuat ini jadi target bergerak. Biaya AI yang meledak bisa memperlambat inovasi jika tidak dikelola dengan baik."
Ditambah lagi, para eksekutif mulai bertanya, "Kamu pakai layanan AI ini dan menghabiskan banyak uang. Tahukah kamu untuk apa?" CEO pun terbebani untuk membuktikan ROI AI. Menurut studi IBM, meski 65% CEO memprioritaskan AI berdasarkan ROI, hanya 52% yang merasa investasi AI generatif mereka memberikan nilai lebih dari sekadar penghematan biaya.
Program sertifikasi baru ini terbagi menjadi empat bagian, dirilis bertahap agar peserta bisa langsung meningkatkan keahlian sekaligus mengikuti perkembangan AI yang cepat. Kurikulumnya mencakup topik dasar dan lanjutan khusus AI:
- Pengantar FinOps untuk AI: Memperkenalkan kerangka kerja hubungan FinOps dan AI, serta pentingnya manajemen biaya khusus AI.
- Level 1 (September 2025): Fokus pada alokasi biaya AI, deteksi anomali, dan model chargeback—menyoroti perbedaan dinamika biaya AI dengan layanan cloud tradisional.
- Level 2 (November 2025): Membahas perencanaan, prediksi, dan tata kelola investasi AI, dengan penekanan pada visibilitas biaya dan akuntabilitas.
- Level 3 (Januari 2026): Mendalami optimasi workload, unit ekonomi, keberlanjutan, dan desain sistem AI yang efisien.
Setelah menyelesaikan ketiga level, peserta bisa mengikuti ujian “FinOps Certified: FinOps for AI” mulai Maret 2026. Lulusannya akan mendapat sertifikat digital dan badge yang berlaku 24 bulan.
Mengapa program ini dirilis bertahap? "Karena AI berkembang sangat cepat. Daripada menunggu semuanya selesai, kami mengajak peserta bersama-sama dalam perjalanan ini," jelas Stacy Case, Wakil Presiden Pengembangan Profesional FinOps Foundation.
Sama seperti AI itu sendiri, FinOps untuk AI sedang bergegas memahami potensi teknologi ini—dan cara membenarkan biaya besarnya.
Dapatkan berita teknologi terkini setiap pagi dengan Tech Today newsletter.