Selasa, 3 Juni 2025 – 20:03 WIB
Jakarta, VIVA – Kopi Arabika asal Indonesia semakin populer di berbagai negara, mulai dari Timur Tengah, Eropa, hingga Amerika Serikat (AS). Padahal, ada tantangan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh AS.
Baca Juga :
Luhut Sebut Transformasi Digital Kunci Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Asalkan…
Sepanjang kuartal I 2025, tercatat 127 ton kopi produksi Java Coffee Estate (JCE) berhasil masuk ke berbagai negara. JCE adalah hasil kerja sama dua sub-holding PTPN, yaitu PTPN IV PalmCo dan PTPN I SupportingCo.
Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menyebut Inggris sebagai importir terbesar dengan 54.000 kg senilai Rp6,5 miliar. Disusul AS dengan 36.000 kg (Rp4,3 miliar).
Baca Juga :
Teknologi Canggih Medis Arab Saudi Selamatkan Jemaah Haji Indonesia
Arab Saudi dan Norwegia juga tak ketinggalan, mengimpor total 38.400 kg (Rp4,5 miliar). Jatmiko optimis ekspor kopi dari Bondowoso akan terus naik berkat sertifikasi seperti Rainforest Alliance dan EUDR.
Baca Juga :
Suhu Bumi Melejit, Gen Z bisa Jadi ‘Game Changer’
"Tahun lalu, ekspor kopi kami capai 600 ton ke Eropa, Asia, dan AS. Kami yakin pertumbuhan akan terus berlanjut berkat program replanting, sertifikasi, dan adaptasi teknologi," ujarnya.
Laba bersih JCE hingga April 2025 mencapai Rp6,51 miliar. Target akhir tahun adalah Rp33,36 miliar, naik dari tahun sebelumnya (Rp32 miliar).
Jatmiko, yang sukses mentransformasi PTPN kelapa sawit di Riau, mengatakan fokus ke depan adalah intensifikasi pertanian dan efisiensi teknologi. Program replanting sudah capai 80% dari target 1.500 hektare.
"Dengan pendekatan modern, kami optimalkan setiap hektare untuk hasilkan kopi berkualitas ekspor," jelasnya.