Jakarta (ANTARA) – Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin berencana untuk melakukan pemeriksaan kesehatan gratis (CKG) bagi siswa di 200 ribu sekolah mulai bulan Juli untuk mempercepat target pelayanan hingga 300 ribu orang per hari.
Dalam diskusi di sini pada hari Sabtu, Sadikin menginformasikan bahwa program CKG telah mencapai 5,8 juta orang sejak resmi diluncurkan pada bulan Februari tahun ini.
“Namun belum memenuhi target. Oleh karena itu, kami akan melakukan pemeriksaan kesehatan gratis di 200 ribu sekolah,” katanya.
Menurutnya, jumlah orang yang menerima layanan CKG setiap hari tercatat sebanyak 180 ribu, atau sekitar empat juta orang per bulan.
Dengan perhitungan tambahan 28 juta orang yang berpartisipasi dalam CKG hingga Desember 2025, ia mengatakan bahwa ia masih menganggap program ini kurang peserta jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Presiden Prabowo telah meminta agar semua warga Indonesia berpartisipasi dalam CKG. Oleh karena itu, pemerintah memperluas cakupan target dengan menargetkan siswa di sekolah-sekolah, tambahnya.
Sadikin menjelaskan bahwa CKG adalah program terbesar yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan target 280 juta orang, dibandingkan dengan program makanan bergizi gratis (MBG) yang menargetkan 82,9 juta orang per tahun.
“Kita harus mencakup semua mulai dari lahir hingga mati. Sekarang jumlah peserta harian mencapai 180 ribu orang, kita ingin mendorongnya menjadi 300 ribu orang per hari,” katanya, menambahkan bahwa CKG memainkan peran penting dalam deteksi dini penyakit dengan melakukan berbagai pemeriksaan, berdasarkan kelompok-kelompok tertentu.
Program CKG menargetkan tiga kelompok khusus: CKG pada ulang tahun di mana penerima manfaat memenuhi syarat untuk mengakses pemeriksaan kesehatan gratis di ulang tahun mereka; CKG sekolah; dan CKG untuk ibu hamil dan balita.
CKG Ulang Tahun menawarkan layanan pemeriksaan untuk anak-anak hingga usia enam tahun dan dewasa, berusia 18 tahun ke atas, katanya sambil mencatat bahwa deteksi dini akan menghasilkan biaya pengobatan yang lebih murah untuk penyakit potensial.
Diterjemahkan oleh: Mentari Dwi G, Resinta Sulistiyandari
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025