Jakarta (ANTARA) – Menteri Komunikasi dan Informatika Meutya Hafid mendorong Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) untuk menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam menangani kejahatan dunia maya di Indonesia.
Hafid menjelaskan langkah ini diperlukan karena para pelaku kejahatan dunia maya sudah menggunakan AI untuk menargetkan korban tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global.
Menyampaikan pidato pada acara Program Pendampingan Berbasis Risiko di Jakarta pada hari Kamis, Hafid menekankan bahwa kementeriannya telah menerapkan AI untuk mengelola konten berbahaya dan memerangi kejahatan dunia maya di ruang digital, terutama dalam memblokir akses ke perjudian online.
Penggunaan AI dalam menganalisis kejahatan dapat mempercepat dan meningkatkan efektivitas upaya untuk memerangi perjudian online di masyarakat.
Hafid meyakini bahwa PPATK dan Polri seharusnya mengambil langkah serupa, mengingat kedua lembaga tersebut saat ini aktif bekerja untuk memberantas perjudian online.
“Kita bisa saling mengingatkan bahwa kita tidak punya pilihan selain menggunakan kecerdasan buatan dalam menangani kejahatan di dunia maya,” katanya.
Berita terkait: Indonesian police, ministry conduct cyber patrols to detect deepfakes
Dengan penggunaan AI, langkah penegakan hukum terhadap kejahatan ini dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Menteri juga menegaskan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang aktif bekerja untuk meningkatkan literasi digital masyarakat dan meningkatkan kesadaran akan kejahatan dunia maya sebagai ancaman bersama.
Beliau juga memuji PPATK dan Polri karena segera melaporkan data terbaru mengenai upaya mengatasi perjudian online, termasuk nilai transaksi dan tindakan penegakan hukum yang diambil.
“Literasi digital adalah fondasi karena hal itu akan membuat orang memahaminya (kejahatan dunia maya) sebagai musuh bersama kita,” katanya.
Berita terkait: AI and Cyber Security Dominate ASEAN Enterprises’ Digital Transformation Priorities
Penerjemah: Livia K, Rio F, Raka Adji
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak cipta © ANTARA 2025