Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Anindya Bakrie menyatakan bahwa kebijakan hilirisasi sumber daya alam yang dipromosikan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dapat memperkuat perdagangan dengan China.
“Kami memiliki surplus perdagangan sebesar US$2 miliar dengan China karena investasi hulu yang sukses antara kedua negara,” ungkap Bakrie setelah menghadiri acara peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan China di sini pada Kamis malam (17 April).
Ia mencatat bahwa investasi China dalam produksi baja tahan karat Indonesia akan membuka jalan bagi potensi modal baru di sektor lain.
“Kita bisa melihat bahwa (kerjasama) dapat diperluas ke material baterai, alumina, aluminium, dan sebagainya,” katanya.
Bakrie juga mengungkapkan bahwa pihaknya berencana untuk mengadakan kunjungan bisnis ke kota-kota besar di China di luar Beijing dan Shanghai untuk mempelajari perkembangan bisnis dan menjelajahi kerjasama potensial di wilayah tersebut.
“Dalam kunjungan ini, kita akan belajar tentang industrialisasi, serta (perkembangan) di sektor kesehatan, pendidikan, dan teknologi, terutama dalam kecerdasan buatan (AI),” katanya.
Ketua Kadin juga mengatakan bahwa pihaknya telah berkomunikasi tentang kunjungan yang direncanakan kepada Duta Besar China untuk Indonesia, Wang Lutong.
Bakrie melihat posisi Indonesia sebagai negara non-blok yang ideal untuk mencari peluang ekonomi baru di tengah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
“Kedua negara sangat penting bagi kita, dan kami selalu mengatakan bahwa kami ingin perdagangan yang lebih seimbang, dan kami memahami tuntutan dari setiap negara,” katanya.
Menurut Laporan Investasi Jalur dan Jalan (BRI) China 2024, Indonesia kembali menjadi penerima terbesar tunggal, dengan sekitar US$9,3 miliar investasi.
Berita terkait: Indonesia dorong kebijakan hilirisasi untuk kedaulatan ekonomi
Berita terkait: Peluang Indonesia di tengah ketegangan perdagangan AS-China
Translator: Nabil, Kenzu
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025