Melestarikan Bahasa Kamoro, Amugme di Era Digital

Timika, Papua (ANTARA) – Di area parkir kendaraan roda empat, Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Yopi Toisuta, terlihat khawatir saat mendengarkan pertanyaan terkait langkah-langkah untuk merevitalisasi bahasa daerah di wilayah tersebut.

\”Terima kasih atas pertanyaan ini. Jenis pertanyaan seperti ini mengingatkan kita untuk memperhatikan bagian penting dari budaya Masyarakat Papua di Mimika, yaitu bahasa Kamoro dan Amugme,\” katanya dalam percakapan dengan ANTARA.

Bahasa Kamoro dan Amugme adalah dua bahasa daerah asli di Kabupaten Mimika yang terbagi berdasarkan wilayah. Orang-orang di daerah pegunungan menggunakan bahasa Amugme, sementara mereka di daerah pantai menggunakan bahasa Kamoro untuk percakapan sehari-hari mereka.

Salam dalam bahasa Kamoro dan Amugme sudah dikenal dan wajib digunakan dalam semua acara resmi dan non-resmi di Kabupaten Mimika. Dalam bahasa Amugme, kata \”Amolongo\” berarti selamat, dan dalam bahasa Kamoro, \”Bimao Witimi\” juga berarti selamat.

Di lingkungan kantor Pemerintah Kabupaten Mimika, wajib untuk menyapa dalam kedua bahasa ini sebagai bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal budaya daerah.

Langkah lain yang diinisiasi sebelumnya adalah penerbitan buku bahasa Kamoro dan Amugme untuk kelompok terbatas di sekolah dan juga organisasi aparatur daerah lokal (OPD).

Dengan buku-buku bahasa ini, pemerintah daerah mendorong generasi muda pada tingkat pendidikan formal untuk ikut serta dalam melestarikan bahasa daerah melalui pembelajaran.

Bahasa daerah ini bisa dimasukkan dalam kurikulum pembelajaran di unit pendidikan formal sebagai mata pelajaran konten lokal sebagai bagian dari melestarikan dan mencintai budaya lokal.

Setiap orang yang tinggal di daerah tersebut juga harus menghargai budaya lokal dengan membantu melestarikan bahasa daerah mereka untuk menghindari kepunahan.

MEMBACA  Danau Batur di Bali di antara danau-danau yang tercemar yang menjadi target pembersihan: Kementerian

Langkah selanjutnya yang diambil adalah menerbitkan buku-buku bahasa Kamoro dan Amugme dalam versi digital untuk menjangkau audiens yang lebih luas.

Dua generasi telah berlalu

Saat ini, populasi di Kabupaten Mimika sangat beragam. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah, Kamoro dan Amugme, semakin jarang. Campuran budaya yang beragam telah menyebabkan erosi budaya lokal di daerah tersebut.

Menghadapi realitas saat ini, beberapa generasi suku asli Kamoro dan Amugme tidak lagi mampu berkomunikasi menggunakan bahasa daerah mereka.

Akademisi asli Kamoro, Leonardus Tumuka, menyatakan bahwa generasi muda Kamoro dan Amugme hanya memahami sebatas mendengarkan tetapi tidak lagi mampu berbicara dalam bahasa daerah mereka.

Yang mengkhawatirkan dari kondisi generasi muda saat ini adalah bahwa anggota generasi kedua setelah mereka akan kehilangan identitas mereka karena tidak lagi menguasai bahasa ibu mereka.

Maka dari itu, upaya dari komunitas lokal untuk melestarikan bahasa daerah mereka diperlukan. Jika keluarga tidak lagi berbicara dalam bahasa daerah, maka bahasa daerah tersebut berada di ambang kepunahan.

Bahasa daerah Kamoro dan Amugme harus dimasukkan dalam pendidikan formal, yaitu sebagai mata pelajaran konten lokal di tingkat sekolah dasar, menengah, dan tinggi.

Selain itu, penting untuk menginisiasi program perencanaan desa bahasa daerah. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk mencegah bahasa Kamoro dan Amugme dari kepunahan.

Saat ini, komunitas lokal juga sedang menghadapi tantangan era digital. Generasi muda akan dengan mudah mengakses informasi eksternal sebagai materi konsumsi publik dan tidak akan memprioritaskan bahasa daerah.

Jika bahasa daerah Kamoro dan Amugme bisa dibuat dalam versi modern dengan menyertakannya dalam sistem digitalisasi, akan sangat membantu dalam menyelamatkan bahasa daerah dari kepunahan.

MEMBACA  Tidak Perlu PC Rumahan Lagi, Cukup Bawa Nitro Blaze 7

Saat ini, ponsel telah menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat. Oleh karena itu, ini bisa menjadi kesempatan untuk memperkenalkan bahasa daerah melalui digitalisasi.

Mengenalkan dan membudayakan bahasa daerah dapat memanfaatkan digitalisasi, bukan hanya dalam bentuk kamus bahasa tetapi juga dalam cerita rakyat bahasa Kamoro dan Amugme dan lainnya.

Melihat contoh dari daerah lain di Indonesia, beberapa cerita rakyat dari suatu daerah dibuat menjadi film kartun. Kearifan lokal ini telah dimodernisasi untuk melestarikan budaya mereka.

Revitalisasi

Sebagai manifestasi konkret dari revitalisasi bahasa daerah Kamoro dan Amugme, Badan Peraturan Daerah (Bapemperda) Kabupaten Mimika, Papua Tengah, pada tahun 2023 membahas rancangan peraturan daerah dengan Pusat Bahasa Provinsi Papua untuk melindungi bahasa daerah dan sastra.

Ketua Bapemperda Mimika, Iwan Anwar, menyatakan bahwa pembahasan rancangan tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pentingnya melestarikan bahasa daerah lokal.

Pemeliharaan dan pelestarian bahasa daerah harus dilakukan dengan peraturan sebagai dasar perlindungan aset budaya lokal.

Pembahasan dan rancangan peraturan daerah ini akan diratifikasi sebagai peraturan daerah pada tahun 2024.

Peraturan ini penting karena anggota generasi muda cenderung berbicara dalam kata pinjaman daripada dalam bahasa daerah mereka. Fenomena ini merupakan ancaman terhadap kelangsungan kearifan lokal.

Oleh karena itu, diperlukan dorongan penggunaan bahasa daerah untuk dimasukkan dalam pelajaran konten lokal di unit pendidikan formal sehingga sekolah juga dapat menerapkan kearifan daerah lokal.

Penetapan peraturan daerah tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang “Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.”

Selain itu, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang pengembangan, bimbingan, dan perlindungan bahasa dan sastra.

Peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” menjadi pengingat bahwa upaya untuk melestarikan bahasa daerah bukan hanya kewajiban para pengamat budaya tetapi juga bagian tak terpisahkan dari upaya bersama, sebagai bentuk komitmen bersama untuk menjaga Tanah Papua dan melestarikan kearifan lokalnya.

MEMBACA  Perdebatan Teknologi AC sebagai Strategi Adaptasi Iklim di Indonesia

Berita Terkait: Empat belas penumpang diselamatkan setelah pesawat Smart Air keluar landasan

Berita Terkait: Menteri tinjau program pembangunan di Puncak Papua Tengah

Penerjemah: Agustina Estevani J, Resinta Sulistiyandari
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2024