Selasa, 11 Maret 2025 – 22:27 WIB
Sleman, VIVA – Fenomena hujan es terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Selasa 11 Maret 2025. Hujan es yang disertai hujan deras dan angin ini melanda Kabupaten Sleman selama lebih kurang 10 menit.
Baca Juga :
BPBD Jakarta Ingatkan Warga untuk Antisipasi Potensi Banjir Rob pada 27-29 Maret 2025
Warga Godean, Kabupaten Sleman, Eko Adi menyebut hujan es ini terjadi diawali dengan cuaca panas yang tiba-tiba mendung dan turun hujan deras disertai angin. Kemudian disusul dengan turunnya hujan es.
“Sekitar jam 15.10 WIB kejadiannya tadi. Awalnya cuaca panas terus mendung dan hujan. Saat hujan ini ternyata tahu-tahu ada hujan es,” tutur Eko.
Baca Juga :
Waspada! Hujan Petir Diprediksi Melanda Sebagian Wilayah Jakarta Senin pagi
“Tadi awalnya cuma kayak suara genteng dilempari batu kerikil. Penasaran, terus saya keluar ternyata hujan es. Ukurannya ya seperti kerikil itu,” imbuh Eko.
Staf Humas Universitas Gadjah Mada (UGM) Astri menyebut hujan es juga dirasakan disekitaran UGM. Hujan es ini terjadi sekitar pukul 15.15 WIB. “Hujan es di UGM. Tadi ukurannya sekerikil-kerikil. Kejadiannya sekitar jam 15.15 WIB,” ungkap Astri.
Baca Juga :
Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jakarta Siap-siap Diguyur Hujan dari Pagi Hingga Sore Hari
Warga Mlati, Kabupaten Sleman, Budiarto membenarkan di daerahnya juga terjadi hujan es. Hujan es berukuran kerikil kecil ini terjadi sekitar pukul 15.10 WIB.
“Tadi naik mobil lagi di jalan pulang jemput anak. Dari atap mobil kok suara hujannya keras kayak kena kerikil gitu,” urai Budi.
“Saya terus menepi sebentar karena penasaran dan pas lihat ternyata hujan es. Saya langsung masukan mobil buat parkir di mall di Jalan Magelang biar aman,” tutur Budi.
Peralihan Musim
Sementara Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta Warjono mengonfirmasi bahwa fenomena ini terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul.
“Terjadi di Sleman dan di Bantul, ya, sebagian karena memang ini bergerak. Di Kota Yogyakarta juga ada,” ujarnya.
Warjono menjelaskan, hujan es ini dipicu oleh keberadaan awan Cumulonimbus yang mencapai ketinggian hingga 15 kilometer, dengan suhu puncak awan tercatat mencapai minus 7,2 derajat Celsius.
Menurut dia, proses terbentuknya hujan tersebut lantaran butiran es di ketinggian tidak mengalami gesekan yang cukup untuk mencair sebelum mencapai permukaan.
Warjono menuturkan bahwa hujan es juga dipicu adanya “downdraft” atau aliran udara turun yang kuat, sehingga butiran es jatuh ke permukaan dengan minim hambatan. Angin dari arah barat yang bertiup ke timur juga berperan dalam membawa awan hujan es ini ke sejumlah wilayah di Yogyakarta.
Selain hujan es, fenomena ini juga disertai angin kencang dan petir yang terpantau di beberapa lokasi.
Dia menambahkan bahwa cuaca ekstrem semacam ini kerap terjadi pada masa peralihan musim, yakni dari musim hujan ke musim kemarau.
“Masa peralihan ini kan dari bulan Maret sampai di bulan April, jadi potensi sampai bulan April pun masih ada potensi untuk terjadinya hujan ekstrem,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
“Saya terus menepi sebentar karena penasaran dan pas lihat ternyata hujan es. Saya langsung masukan mobil buat parkir di mall di Jalan Magelang biar aman,” tutur Budi.