Yuke Sri Rahayu, Deputi untuk Kreativitas, Budaya, dan Desain di Kementerian Ekonomi Kreatif, mendorong para desainer dan pengusaha busana modest lokal untuk memperluas pasar global.
“Kita memiliki banyak desainer. Dalam hal desain, warna, dan keragaman tekstil, kita nomor satu. Namun, kita belum memperluas jangkauan global kita,” katanya dalam pertemuan para desainer di Jakarta pada hari Jumat.
Menurut Rahayu, busana modest telah menjadi pilihan gaya hidup yang populer. Sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pusat global untuk busana modest.
Menurut data pemerintah, konsumsi busana Muslim Indonesia bernilai sekitar US$20 miliar, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata 18,2 persen.
Namun, Indonesia belum menjadi salah satu eksportir busana modest global utama, sebuah pasar yang masih didominasi oleh Turki, China, dan India.
“Sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, kita tidak boleh hanya menjadi konsumen,” katanya. “Kita harus mulai berpikir secara global.”
“Inovasi adalah salah satu pilar utama dalam ekonomi kreatif. Inovasi harus mencakup adaptasi dan kolaborasi. Melalui inovasi, kita dapat menciptakan nilai tambah,” katanya.
Ia juga memuji upaya industri busana modest lokal untuk mewakili Indonesia dalam Festival Belanja Muslim London baru-baru ini.
Berita terkait: Indonesia mengejar pasar Timur Tengah untuk ekspor busana Muslim
Berita terkait: Indonesia seharusnya menetapkan standar untuk busana modest global: Pejabat
Penerjemah: Sri Dewi Larasati, Yashinta Difa
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2025