Tetap terinformasi dengan pembaruan gratis
Cukup daftar ke US inflasi myFT Digest — langsung dikirimkan ke kotak masuk Anda.
Inflasi AS tiba-tiba meningkat menjadi 3 persen pada bulan Januari, memperkuat alasan bagi Federal Reserve untuk melanjutkan dengan hati-hati pemotongan suku bunga dan memukul saham dan obligasi pemerintah.
Angka hari Rabu dari Biro Statistik Tenaga Kerja melampaui ekspektasi para ekonom yang dijadwalkan oleh Reuters, yang memprediksi bahwa inflasi akan tetap stabil di 2,9 persen dari Desember.
Kenaikan bulan demi bulan untuk Januari juga melebihi ekspektasi, sebesar 0,5 persen dibandingkan dengan prediksi 0,3 persen.
Data tersebut membuat investor bertaruh bahwa Fed akan memangkas suku bunga hanya sekali tahun ini. Sebelum publikasi data inflasi, pasar berjangka telah mengharapkan pemotongan pertama akan tiba pada bulan September, dengan kemungkinan 40 persen dari pemotongan kedua pada akhir tahun.
Setelah data dipublikasikan, yield dua tahun pada obligasi Departemen Keuangan AS, yang melacak ekspektasi suku bunga dan bergerak berlawanan dengan harga, melonjak 0,09 poin persentase menjadi 4,37 persen.
Kontrak berjangka yang melacak indeks saham S&P 500 turun 1 persen, sementara yang melacak Nasdaq 100 yang didominasi teknologi turun 1,1 persen. Indeks dolar terhadap enam mata uang lainnya melonjak 0,5 persen.
Data ini datang setelah bank sentral AS menolak panggilan dari Presiden Donald Trump untuk melakukan pemotongan suku bunga yang tajam dan malah mempertahankan suku bunga utamanya di 4,25 persen hingga 4,5 persen.
Pada hari Selasa, ketua Fed Jay Powell memberi tahu Kongres bahwa bank sentral akan terus “melakukan pekerjaan kami dan tetap keluar dari politik”.
Tetapi pada hari Rabu, Trump memperbarui tuntutannya di platform Truth Social-nya. “Suku Bunga harus diturunkan, sesuatu yang akan berjalan seiring dengan Tarif yang akan datang!!!” tulis presiden AS. Ayo Rock and Roll, Amerika!!”
Data hari Rabu ini akan memperkuat kekhawatiran di kalangan ekonom bahwa ekonomi terbesar di dunia kembali memanas, karena Trump melanjutkan dengan rencana tarif yang luas, penindasan imigrasi, dan pemotongan pajak yang luas yang banyak ekonom khawatir bisa memicu kenaikan inflasi baru.
Sejak kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari, Trump telah mulai melaksanakan deportasi massal imigran ilegal, dan memberlakukan tarif 10 persen pada impor China.
Beliau juga mengumumkan bahwa tarif tinggi pada hampir semua impor dari Kanada dan Meksiko, serta pada semua impor baja dan aluminium, akan mulai berlaku pada bulan Maret.
Powell mengatakan masih terlalu dini untuk menilai dampak tarif pada ekonomi dan kebijakan moneter, karena hal ini akan tergantung pada rincian tarif tersebut.