South China Morning Post Mengatakan Pemilu 2024 Terwarnai Nepotisme

loading…

South China Morning Post (SCMP) melaporkan bahwa pemilihan umum 2024 diwarnai dengan nepotisme. Foto/Tangkapan Layar Video SCMP

HONG KONG – Sebagai seorang jurnalis berpengalaman, SCMP melaporkan bahwa pemilihan umum 2024 diwarnai oleh nepotisme dan menciptakan pemerintahan dinasti politik.

Dalam video berdurasi 7 menit 51 detik tersebut, SCMP melaporkan bahwa pada tahun 2020, Gibran RakabumingRaka, putra tertua Jokowi, terpilih sebagai wali kota Solo dan menantunya, Muhammad Bobby Afif Nasution terpilih sebagai wali kota Medan. Anak bungsunya, Kaesang Pangarep, kemudian bergabung sebagai ketua Partai Solidaritas Indonesia.

Menurut Anand Mathai, editor SCMP, banyak kritik mengarah pada Joko Widodo yang disalahkan karena memasukkan keluarganya ke dalam dunia politik di Indonesia.

\”Pada awalnya, Jokowi dianggap sebagai tokoh yang membawa harapan baru bagi politik Indonesia, mirip dengan Obama. Namun, kritik-kritik tersebut menunjukkan pandangan negatif terhadapnya karena terlihat sedang memulai dinasti politik,\” kata Mathai.

Dikatakan oleh Dedi Dinarto, seorang analis politik Indonesia, membangun dinasti politik dianggap sebagai strategi untuk menjaga keberlangsungan politik Jokowi setelah tidak lagi menjabat. \”Berbeda dengan banyak politikus di Indonesia yang mapan, Jokowi memiliki pengaruh politik yang lebih sedikit dan tidak memiliki partai politik seperti Prabowo atau Megawati yang memiliki pengikut setia,\” ujarnya.

Kontroversi semakin berkembang ketika Gibran diusulkan sebagai calon wakil presiden pada 2024. SCMP melaporkan bahwa Gibran, yang berusia 36 tahun, sebenarnya tidak memenuhi syarat usia 40 tahun untuk menjadi calon wakil presiden. Namun, pamannya, Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, mengubah aturan tersebut.

\”Widodo adalah seorang pemimpin yang sangat populer di Indonesia, dengan tingkat popularitas hingga 80%, yang merupakan pencapaian yang luar biasa bagi seorang pemimpin nasional. Oleh karena itu, banyak yang menyukainya dan ingin mendukung keluarganya,\” ungkap Mathai.

MEMBACA  Kantor Media di Papua Diserang Molotov, Komnas HAM Bergerak.

Selanjutnya, Dedi Dinarto dari Global Counsel yang berbasis di Singapura, menyatakan bahwa Jokowi melihat Prabowo Subianto dan Gibran sebagai kandidat yang dapat melanjutkan agendanya.

\”Namun, masalah muncul ketika proposal tersebut ditolak oleh Megawati sebagai pemimpin PDI-P, yang mendukung Ganjar sebagai calon presiden daripada mendukung Prabowo sebagai calon wakil presiden,\” jelasnya.

(ahm)