Menteri Ingin Indonesia Menjadi Pusat Budaya Dunia

Bandung (ANTARA) – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan bahwa ia ingin Indonesia menjadi pusat kebudayaan dunia pada Seminar Nasional dan Rapat Kerja Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) pada hari Sabtu.

Ia menambahkan bahwa hal ini karena Indonesia memiliki beragam budaya, mulai dari Aceh hingga Papua, yang ia deskripsikan sebagai ‘mega keberagaman’.

“Indonesia memiliki keberagaman luar biasa. Jika kita melihat negara-negara lain yang memiliki budaya yang lebih terbatas, itu karena mereka homogen. Bahkan ketika mereka heterogen, keberagaman mereka tidak sebanyak kita.,” jelasnya di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung, Jawa Barat, pada hari Sabtu.

Zon menambahkan bahwa dengan sekitar 1.300 kelompok etnis, masyarakat Indonesia memiliki ekspresi budaya yang beragam, situasi yang telah ada sejak lama.

“Terutama dengan latar belakang sejarah kita dan periode percampuran budaya di masa lalu, di mana terjadi interaksi antara budaya Indonesia dan budaya asing, yang melahirkan akulturasi budaya dan asimilasi,” katanya.

Pada seminar ini, yang menampilkan 90 pembicara dari berbagai universitas yang menyajikan penelitian tentang sejarah dan kemajuan budaya, Zon menyoroti tantangan dari budaya digital.

Ia juga menekankan pentingnya mendaftarkan setiap ekspresi budaya sebagai warisan dunia.

Ia menyatakan bahwa Indonesia memiliki 16 warisan budaya takbenda dan bertujuan untuk menetapkan setidaknya lima lagi setiap tahun ke depan.

“Bukan hanya tiga, tetapi setidaknya lima setiap tahun. Nominasi tunggal terbatas, tetapi kita juga dapat dimasukkan dalam nominasi multinasional. Kemudian, ada lagi yang disebut daftar perpanjangan; ini juga bekerja sama dengan negara-negara lain,” kata menteri tersebut.

Berita terkait: Kementerian Kebudayaan bertujuan untuk melestarikan, menginnovasikan tradisi: pejabat

Berita terkait: Menteri Zon ajak untuk membuat lebih banyak film sejarah di Indonesia

MEMBACA  KONI, Kominfo Tingkatkan Kerja Sama untuk Mendukung PON

Penerjemah: Ricky Prayoga, Katriana
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024

Tinggalkan komentar