Kementerian Kesehatan Indonesia mengundang masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya mengeliminasi HIV/AIDS di Indonesia, sambil menambahkan bahwa hidup sehat adalah hak asasi manusia yang mendasar.
“Penyelesaian AIDS terkait dengan penghormatan semua hak asasi manusia. Dalam konteks keberagaman Indonesia, mari kita tegaskan bahwa martabat, kesetaraan, dan keadilan harus menjadi dasar untuk upaya mengatasi HIV dan AIDS,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian tersebut. Ina Agustina Isturini, pada Sabtu.
Indonesia bertujuan untuk mencapai tiga tujuan dalam mengeliminasi HIV/AIDS, yaitu mencegah kasus baru, mengurangi kematian akibat AIDS, dan mengakhiri diskriminasi. Tujuan yang dikenal sebagai “triple zero”, katanya.
Menurutnya, Indonesia telah mengambil langkah-langkah strategis untuk melawan HIV, seperti meningkatkan akses terhadap diagnosis dan pengobatan, memperluas layanan pengujian viral load, dan melaksanakan program pencegahan, termasuk pemberian obat profilaksis.
“Kemajuan ini telah menyelamatkan banyak nyawa. Namun, kita masih memiliki jalan yang panjang. Stigma dan diskriminasi sosial menciptakan hambatan besar, terutama bagi populasi terpinggirkan, seperti pengguna obat suntik, pekerja seks, dan komunitas MSM (pria yang berhubungan seks dengan pria),” tambahnya.
Dia menekankan bahwa Indonesia telah menetapkan target untuk memastikan 95 persen orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) mendapatkan diagnosis, 95 persen ODHA menjalani pengobatan antiretroviral (ARV) seumur hidup, dan 95 persen ODHA yang menjalani pengobatan memiliki viral load yang tidak terdeteksi.
Data dari Kementerian Kesehatan, per September 2024, mengungkapkan bahwa hanya 71 persen ODHA yang diperkirakan di Indonesia mengetahui status HIV mereka.
Selain itu, hanya 64 persen dari mereka yang menerima pengobatan ARV, dan hanya 49 persen dari mereka yang menjalani pengobatan diuji untuk viral load, dengan hasil virus tidak terdeteksi.
“Angka ini masih jauh dari target global. Oleh karena itu, diperlukan terobosan dan inovasi untuk mengatasi tantangan ini,” ujar Isturini.
Untuk mengeliminasi HIV/AIDS, diperlukan komitmen komprehensif terhadap hak asasi manusia, karena kesehatan adalah hak yang mendasar yang harus dijamin bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka.
Selain itu, Isturini menekankan pentingnya keterlibatan komunitas dalam mendukung ODHA dan keluarga mereka.
“Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga merupakan alat yang kuat. Dengan mengeliminasi stigma dan mitos berbahaya, kita dapat mewujudkan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung,” jelasnya.