Proses telah terus berjalan karena saat ini ada beberapa warga yang telah dievakuasi secara mandiri. Jakarta (ANTARA) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mulai mengumpulkan data bangunan untuk memindahkan orang-orang yang tinggal di sekitar zona berbahaya Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
“Untuk mengoptimalkan fase darurat, kami telah mulai mengumpulkan data bangunan, kami telah mulai berbicara tentang relokasi,” kata Kepala Pusat Data Bencana, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari, dalam sebuah briefing penanganan bencana.
Briefing tersebut diikuti secara online dari sini pada hari Senin.
Dia mencatat bahwa awalnya warga ragu-ragu tentang relokasi. Namun, Kepala BNPB Suharyanto melakukan dialog dengan warga tentang risiko letusan potensial.
Muhari mengatakan bahwa Kepala BNPB menjamin kepada masyarakat bahwa setelah fase tanggap darurat, aset tanah akan tetap menjadi aset masyarakat dan kegiatan pertanian dapat terus dilakukan meskipun relokasi akan dilakukan untuk daerah pemukiman.
“Jika letusan melemparkan batuan panas, tidak ada cara untuk mengatasinya; kita harus pergi,” tegasnya.
BNPB telah berkomunikasi dengan pemerintah setempat mengenai rencana untuk memindahkan penduduk yang tinggal di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki sambil terus mengumpulkan data orang yang perlu direlokasi.
Proses telah terus berjalan karena saat ini ada beberapa warga yang telah dievakuasi secara mandiri.
Oleh karena itu, Muhari mengimbau kepada mereka yang telah dievakuasi secara mandiri untuk berkumpul di satu pusat evakuasi karena selain memudahkan proses pengumpulan data, hal itu juga akan memudahkan distribusi bantuan.
Menurut data Badan SAR Nasional (Basarnas), jumlah orang yang terdislokasi akibat letusan Gunung Lewotobi Laki-laki mencapai 12.200 pada hari Senin.
Berita terkait: BNPB menambahkan lokasi evakuasi untuk korban letusan Gunung Lewotobi
Berita terkait: Zona bahaya letusan Gunung Lewotobi diperluas menjadi sembilan kilometer
Translator: Prisca Triferna, Raka Adji
Editor: Arie Novarina
Hak cipta © ANTARA 2024