Moody’s pada hari Jumat menjadi lembaga pemeringkat utama pertama yang menurunkan kelayakan kredit Israel, dengan alasan perang yang berkepanjangan dengan Hamas dan dampaknya terhadap keuangan negara.
Moody’s, salah satu dari tiga lembaga pemeringkat utama bersama S&P Global Ratings dan Fitch, menurunkan peringkat Israel dari A1 menjadi A2. Peringkat kredit berkisar dari D atau C (untuk skala S&P dan Moody’s) hingga AAA atau Aaa untuk peminjam paling terpercaya. Peringkat A2 masih merupakan peringkat tinggi, tetapi Moody’s juga mencatat bahwa prospek negara tersebut negatif, terpengaruh oleh risiko sosial, politik, dan ekonomi yang timbul dari konflik dengan Hamas.
Lembaga pemeringkat tersebut telah mengulas kembali Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, di mana menurut pejabat Israel, lebih dari 1.200 orang tewas dan lebih dari 250 orang dijadikan tawanan. Baik S&P maupun Fitch juga mulai meninjau ulang peringkat kredit Israel pada bulan November tetapi belum mengambil tindakan apa pun sebagai hasilnya.
Dalam pernyataan yang mengumumkan keputusan tersebut, Moody’s mengatakan bahwa mereka menurunkan peringkat Israel karena “konflik militer yang sedang berlangsung dengan Hamas, serta dampak dan konsekuensi yang lebih luas, secara materi meningkatkan risiko politik bagi Israel serta melemahkan kelembagaan eksekutif, legislatif, dan kekuatan fiskalnya untuk masa depan yang dapat diprediksi.”
Moody’s mengatakan mereka mengharapkan belanja militer Israel akan meningkatkan utang menjadi dua kali lipat dari pengeluaran pada 2022 pada akhir tahun ini. Artinya, lebih banyak utang untuk membiayai peningkatan belanja tersebut.
Biasanya lembaga pemeringkat mengevaluasi ulang kelayakan kredit suatu negara setelah peristiwa besar yang kemungkinan akan mempengaruhi kemampuannya untuk membayar kembali para pemberi pinjaman. Peringkat kredit diperlukan oleh banyak investor yang membeli utang perusahaan dan negara sebagai indikator kemungkinan mereka mendapatkan kembali uang yang dipinjamkan.
S&P, yang juga telah meninjau ulang peringkat kredit Israel sejak Oktober, telah merencanakan pembaruan peringkat kredit negara tersebut pada tanggal 10 Mei. Lembaga pemeringkat tersebut mencatat dalam laporannya pada bulan November bahwa ekonomi yang terdiversifikasi dan sektor teknologi yang kuat di Israel diharapkan memberikan dukungan keuangan selama perang, meskipun mereka memperingatkan bahwa eskalasi konflik ke wilayah di luar Gaza dapat sangat mempengaruhi pengambilan keputusan mereka.
“Kami dapat menurunkan peringkat Israel jika konflik meluas secara materi, meningkatkan risiko keamanan dan geopolitik yang dihadapi Israel,” catatan analis S&P. “Kami juga dapat menurunkan peringkat dalam 12-24 bulan ke depan jika dampak konflik terhadap pertumbuhan ekonomi, posisi fiskal Israel, dan neraca pembayaran terbukti lebih signifikan daripada yang kami proyeksikan saat ini.”