Hezbollah mengatakan bahwa mereka meluncurkan \’parade drone\’ di sebuah kamp militer Israel di Binyamina, utara Israel.
Serangan drone Hezbollah ke sebuah pangkalan militer di utara Israel telah menewaskan empat tentara dan melukai tujuh lainnya secara serius, kata militer Israel.
Serangan pada hari Minggu terjadi di dekat kota Binyamina, di selatan Haifa. Kelompok bersenjata Lebanon, Hezbollah, mengatakan bahwa mereka telah menargetkan sebuah kamp militer Israel dengan “parade” drone.
Menurut Channel 12 Israel, tidak ada sirene peringatan yang terdengar sebelum serangan.
Hezbollah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Dalam sebuah pernyataan, kelompok yang bersekutu dengan Iran itu mengatakan bahwa mereka meluncurkan “parade drone” di kamp Brigade Golani.
Brigade Golani adalah salah satu dari lima brigade infanteri dari tentara Israel reguler dan dianggap sebagai unit elit.
Anggota keamanan Israel mengamankan lokasi serangan drone di dekat kota Binyamina utara [Oren Ziv/AFP]
Dalam pernyataan terpisah, Hezbollah mengatakan bahwa mereka juga menargetkan pangkalan logistik Tsnobar Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel dengan sebuah rudal.
Serangan drone Hezbollah terjadi pada hari yang sama dengan pengumuman Amerika Serikat bahwa mereka akan mengirimkan sistem pertahanan udara baru ke Israel untuk membantu memperkuat perlindungannya terhadap serangan rudal.
Di bawah arahan Presiden AS Joe Biden, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin “mengotorisasi penempatan baterai Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) dan kru terkait personil militer AS ke Israel untuk membantu memperkuat pertahanan udara Israel menyusul serangan Iran yang belum pernah terjadi terhadap Israel pada 13 April dan lagi pada 1 Oktober,” kata juru bicara Pentagon Pat Ryder dalam sebuah pernyataan.
Melaporkan dari Amman, Yordania, Nour Odeh dari Al Jazeera mengatakan bahwa meskipun sistem pertahanan udara Israel sangat canggih dan multi-lapisan, drone sulit dideteksi.
“Biasanya, sirene berbunyi ketika sesuatu menuju ke suatu lokasi sehingga warga sipil dan penduduk area itu diminta untuk mencari perlindungan. Itulah mengapa ada jumlah cedera yang sangat sedikit selama setahun terakhir dari serangan-serangan itu,” kata dia.
“Tapi drone sulit dideteksi, dan karena mereka terbang pada ketinggian yang lebih rendah, mereka jauh lebih sulit untuk diintersep. Secara efektif mengintersep mereka akan membahayakan banyak orang,” kata Odeh.
Serangan hari Minggu ini terjadi saat Israel mengintensifkan serangannya terhadap Hezbollah di Lebanon.
Konflik antara Israel dan Hezbollah meningkat setahun yang lalu ketika kelompok Lebanon itu mulai menembakkan roket ke utara Israel sehari setelah Israel meluncurkan serangan terhadap Gaza. Israel telah meningkatkan eskalasi pertempuran dalam beberapa minggu terakhir, melakukan serangan udara di seluruh Lebanon dan mengirim pasukan darat ke selatan negara itu.
Lebih dari 2.100 orang di Lebanon telah tewas sejak Oktober lalu, mayoritas dalam beberapa minggu terakhir sejak Israel meningkatkan serangannya, dan lebih dari 1,2 juta orang telah mengungsi, menurut otoritas Lebanon.
Serangan Hezbollah di Binyamina menunjukkan bahwa menyerang Lebanon juga membawa harga yang mahal bagi warga Israel, menurut Gideon Levy, analis politik Israel.
“Tidak ada yang kurang diharapkan. Kita berada di awal perang di Lebanon, bukan di akhirnya. Dan semua orang yang begitu antusias tentang perang ini harus tahu bahwa itu akan membawa harga yang sangat mahal,” katanya kepada Al Jazeera.
Hezbollah telah mengatakan bahwa mereka akan terus menyerang Israel sebagai solidaritas dengan rakyat Palestina di Jalur Gaza dan sebagai dukungan terhadap “perlawanan yang gagah dan mulia” mereka, dan sebagai “pertahanan dari Lebanon dan rakyatnya”.