Israel dan Iran belum pernah lebih dekat untuk memicu perang regional di Timur Tengah.
Iran pada hari Selasa meluncurkan serangan rudal balistik dua gelombang sebagai respons terhadap pembunuhan Sekretaris Jenderal Hezbollah Hassan Nasrallah di Beirut minggu lalu oleh Israel dan menyusul pembunuhan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh di Tehran pada 31 Juli.
Salvo dari 180 proyektil tidak menimbulkan korban jiwa karena sebagian besar rudal diintersep, menurut laporan tentara Israel. Iran mengklaim sedang menargetkan tiga pangkalan militer di area Tel Aviv.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu segera berjanji untuk membalas dan mengatakan Iran “melakukan kesalahan besar dan akan membayar”, karena AS berdiri di belakang sekutunya.
“Jangan salah, Amerika Serikat sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya mendukung Israel,” kata Presiden Joe Biden di Gedung Putih, menambahkan bahwa dia sedang mendiskusikan tanggapan terhadap serangan tersebut.
Bagaimana Israel akan menanggapi Iran?
Wilayah ini sekarang bergantung pada keseimbangan saat menunggu apakah Israel akan memilih untuk meredakan atau mencoba menghadapi musuh lamanya dengan dukungan AS.
Marc Owen Jones, seorang analis di Universitas Northwestern di Qatar, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sementara serangan Iran dirancang dengan hati-hati untuk menghindari eskalasi, respons Israel “tidak dapat diprediksi”.
Serangan Iran pada hari Selasa bertujuan untuk memperkuat kembali sejumlah daya cegah karena Tehran tidak lagi bisa “terlihat lemah” di hadapan serangan Israel terhadap sekutunya di wilayah itu, kata Owen Jones.
Tetapi laporan menunjukkan bahwa Israel diinformasikan tentang serangan yang akan datang oleh AS tepat waktu untuk mengintersep rudal dan drone. Oleh karena itu, penggunaan senjata yang canggih oleh Iran harus dianggap sebagai “upaya simbolis”, tambahnya.