ZF 95 cZf yt X4T LQ oz hE xJ a8j uZY oPE rx A8z 0g Cpv WA Htm qj ERq IvG Fm 7w fI3 vI YwZ BlX RVV 7yn Rm XyC 8NZ Rzr jyQ FH uu CS5 TLz jOt Ys mBP tB Sc Xp8 lAU 2c I8 Y6 pzM Cc QZ pfu uWg xUf ab KN7 AX Nk Xxq 0a 6pw xp pY Lj mm GD wQ N0g 63 Fy JU1 Uc u8 Gf0 Qf4 Tz VK xMd 3q aN nw5 gW WG Vc EAf eR X5 yV 7W E3 2D 97x I0 ZFZ WOU vVr Gft r3 C32 TR

BNPB menawarkan solusi rumah tahan gempa untuk keluarga berpenghasilan rendah

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menawarkan solusi kepada keluarga berpenghasilan rendah untuk membuat rumah mereka tahan gempa. Kepala Pusat Data Bencana, Informasi, dan Komunikasi BNPB, Abdul Muhari, mengatakan bahwa Indonesia rentan terhadap gempa bumi karena elemen geografisnya yang kompleks, yang memerlukan konstruksi bangunan yang kuat. Namun, spesifikasi rumah tahan gempa memerlukan anggaran besar, yang melebihi kemampuan masyarakat di daerah pinggiran. Mereka biasanya tidak menghabiskan lebih dari Rp50 juta (USD3 ribu) untuk membangun rumah.

“Oleh karena itu, rumah tahan gempa harus terjangkau dan dapat dilakukan oleh masyarakat umum tanpa melibatkan ahli konstruksi,” tambah Muhari. Partainya menawarkan tambahan kawat anyaman galvanis untuk melapisi dinding rumah sebagai solusi. BNPB mengkonfirmasi bahwa metode konstruksi ini telah diuji coba di Jepang dan terbukti efektif untuk rumah-rumah sederhana tipe 3×6 meter.

Biaya bahan baku yang terjangkau, berdasarkan standar harga domestik, diperkirakan hanya sekitar Rp1,5 juta – Rp2 juta (USD95 – USD127) per rumah, ungkap Muhari. Menurutnya, metode ini cukup realistis untuk Indonesia, dengan jumlah penduduk berpenghasilan rendah dan sangat miskin mencapai 26,5 juta berdasarkan data 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dia mengatakan bahwa metode ini dapat didanai menggunakan dana desa.

Partainya menganggap solusi ini sangat penting mengingat jumlah rumah yang rusak dan korban jiwa yang tercatat dalam setiap gempa bumi, berdasarkan data BNPB, selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021, BNPB mencatat 37.422 rumah rusak dan 122 kematian akibat gempa bumi. Pada tahun 2022, jumlah rumah meningkat menjadi 68.644 dengan 638 kematian. Sementara itu, pada tahun 2023, jumlah rumah yang rusak mencapai 4.704 dan kematian tercatat sebanyak 6.

MEMBACA  Dua Napiter di Lapas Ngawi Setia NKRI Setelah 2/3 Masa Pidana

Muhari mengatakan bahwa upaya pencegahan seperti ini dapat mengurangi jumlah korban dan mengurangi anggaran rehabilitasi-rekonstruksi yang dihabiskan oleh BNPB setelah bencana, yang sejauh ini mencapai Rp15 juta – Rp60 juta (USD1.000-3.800) per rumah. Berita terkait: Badan Geologi melakukan studi tentang sesar yang menyebabkan gempa Bandung. Berita terkait: Kementerian menyalurkan berbagai bantuan untuk korban gempa di Bandung.

Copyright © ANTARA 2024

Tinggalkan komentar